Miris, Mayoritas Anggota Partai Konservatif Inggris Sebut Islam sebagai Ancaman
- MoroccoWorldNews
London – Mayoritas anggota Partai Konservatif yang berkuasa di Inggris menganggap Islam sebagai ancaman terhadap cara hidup orang Inggris, menurut jajak pendapat terbaru yang dilakukan oleh kelompok pemantau rasisme Hope Not Hate.
Jajak pendapat terhadap 521 anggota Partai Konservatif menemukan bahwa 58 persen menganggap Islam adalah ancaman terhadap cara hidup orang Inggris, berbeda dengan masyarakat umum, hanya 30 persen yang berpikiran sama.
52 persen anggota partai juga setuju bahwa ada “daerah terlarang” di Inggris bagi non-Muslim.
Survei baru terhadap anggota partai, yang berjumlah lebih dari 170.000 orang, terjadi ketika Partai Konservatif terlibat dalam perselisihan mengenai Islamofobia.
"Temuan kami sangat meresahkan dan mengkhawatirkan,” kata Nick Lowles, CEO Hope Not Hate, dalam sebuah pernyataan.
“Mereka menggarisbawahi masalah yang dihadapi Partai Konservatif terhadap Islamofobia. Bukan hanya mereka menoleransi politisi senior yang membuat pernyataan anti-Muslim, namun keanggotaan mereka memiliki opini yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Inggris modern,” sambung Lowles, dikutip dari Middle East Eye, Jumat, 1 Maret 2024.
“Sudah saatnya Partai Konservatif menghadapi masalah ini secara langsung, terutama pada saat ketegangan meningkat dan masyarakat terpecah belah.”
Sementara itu, sejumlah tokoh senior Partai Konservatif, dalam beberapa hari terakhir, memicu kemarahan karena melontarkan komentar anti-Muslim atau mendukung teori konspirasi tentang Muslim.
Mantan Perdana Menteri Liz Truss mengatakan kepada kaum konservatif Amerika bahwa dia yakin pemilihan sela mendatang di Rochdale akan membuat "partai jihadis radikal" mendapatkan kursi di parlemen, sementara mantan menteri London Paul Scully mendukung tuduhan bahwa beberapa wilayah di Inggris tidak boleh dikunjungi. Ini merupakan wilayah terlarang bagi non-Muslim.
Islamofobia Meningkat di Inggris
Banyak kontroversi seputar Islamofobia saat ini dipicu oleh perang yang sedang berlangsung di Gaza. Sejak 7 Oktober 2023, tingkat antisemitisme dan Islamofobia meningkat di seluruh Inggris, menurut berbagai kelompok pemantau.
Menurut lembaga pemantau kebencian anti-Muslim Tell Mama, terdapat 2.010 insiden Islamofobia yang didokumentasikan antara 7 Oktober 2023 dan 7 Februari 2024, dibandingkan dengan 600 insiden yang tercatat pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pekan lalu, mantan Menteri Dalam Negeri Suella Braverman memicu kemarahan lebih lanjut setelah mengklaim bahwa "kelompok Islamis" kini menguasai Inggris.
Menulis di The Telegraph, Braverman mengklaim bahwa para politisi mengubur kepala mereka di pasir atas penyebaran "ekstremisme" di seluruh institusi negara.
Dia secara khusus merujuk pada demonstrasi pro-Palestina sebagai bukti, serta mengklaim bahwa kampus universitas tidak aman bagi orang-orang Yahudi.
"Sebenarnya kelompok Islamis, ekstremis, dan antisemit kini berkuasa,” tulisnya.
“Mereka telah menindas Partai Buruh, mereka telah menindas institusi kita, dan sekarang mereka telah menindas negara kita agar tunduk.”