Korea Utara Kirim Jutaan Amunisi Senjata ke Rusia Dengan Imbalan Hal Ini
- DW
VIVA – Republik Korea Utara telah mengirimkan sekitar 6.700 kontainer yang membawa jutaan amunisi ke Rusia sejak September dengan imbalan bahan makanan serta suku cadang dan bahan mentah untuk pembuatan senjata, menurut para pejabat.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Wonsik mengatakan kepada wartawan pada hari Selasa bahwa kontainer tersebut mungkin membawa lebih dari tiga juta peluru artileri 152mm atau 500.000 peluru 122mm.
"Ini mungkin merupakan campuran dari keduanya, dan Anda dapat mengatakan bahwa setidaknya beberapa juta peluru telah dikirim,” kata Shin, menurut kantor berita Yonhap, dilansir Kamis, 29 Februari 2024.
Menteri itu tidak merinci sumber informasinya. Dia mengatakan ratusan pabrik amunisi Korea Utara beroperasi dengan kapasitas sekitar 30 persen karena kurangnya bahan mentah dan listrik, namun pabrik yang memproduksi peluru artileri untuk Rusia beroperasi “dengan kecepatan penuh”.
Sebagai imbalan atas amunisi tersebut, Rusia memberi Korea Utara makanan, bahan mentah, dan suku cadang yang digunakan dalam pembuatan senjata, katanya.
“Tampaknya makanan menyumbang proporsi terbesar (pengiriman dari Rusia), yang diyakini telah menstabilkan harga pangan di Korea Utara, termasuk kebutuhan lainnya,” kata Shin.
Dia menambahkan bahwa volume kontainer yang dikirim dari Rusia ke Korea Utara tampaknya sekitar 30 persen lebih besar dibandingkan volume yang dikirim dari Pyongyang ke Moskow pada periode yang lalu.
Hubungan Rusia dan Korea Utara memang semakin erat dalam beberapa tahun terakhir. Pada bulan September lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan perjalanan ke Rusia untuk menghadiri pertemuan puncak dengan Presiden Vladimir Putin dan mengadakan pembicaraan mengenai kerja sama militer dan kemungkinan bantuan Rusia untuk program satelit Pyongyang.
Korea Selatan dan Amerika Serikat sejak itu menuduh Korea Utara dan Rusia melakukan perdagangan senjata yang melanggar sanksi PBB, dan mengutuk Pyongyang karena memasok senjata ke Moskow untuk digunakan melawan Ukraina.
Namun kedua negara membantah tuduhan tersebut.