Netanyahu Bakal Tunda Serangan Darat Israel di Rafah Jika Hamas Lakukan Ini

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (Doc: AP Photo)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Jakarta – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pada Minggu, 25 Februari 2024, bahwa ia dapat menunda rencana serangan darat di kota Rafah, di Jalur Gaza selatan, jika Hamas memiliki kesepakatan yang wajar.

Israel Kelabakan Lawan Houthi, AS Murka Bantu Gempur Ibu Kota Yaman

“Jika kita punya kesepakatan, hal itu (serangan di Rafah) akan tertunda, tapi akan terjadi. Jika kita tidak punya kesepakatan, kami akan tetap melakukannya,” kata Netanyahu, dikutip dari ANews, Senin, 26 Februari 2024.

Seperti diberitakan sebelumnya, tentara Israel berencana melancarkan serangan darat di Rafah, rumah bagi lebih dari 1,4 juta penduduk yang mencari perlindungan dari perang. Serangan itu untuk mengalahkan batalion Hamas yang tersisa.

Israel Berlakukan Jam Malam dan Tutup Toko-toko di Kota Deir Istiya Tepi Barat

"Jika Hamas berhenti dari klaim khayalannya dan terus terpuruk kita akan mencapai kemajuan yang kita semua inginkan,” ujarnya.

Bangunan tempat tinggal di Rafah jadi sasaran gempuran rudal Israel

Photo :
  • AP Photo/Fatima Shbair
Kondisi Gaza Makin Memprihatinkan, Gerakan Cinta dan Peluk Palestina Digaungkan

"Mereka (Hamas) berada di planet lain. Namun jika mereka memiliki rencana yang wajar, maka ya, kita akan mencapai kesepakatan penyanderaan," tambah Netanyahu.

Sebagai informasi, delegasi Israel juga melakukan perundingan di Paris, pada Jumat, 23 Februari 2024, dengan perwakilan dari Amerika Serikat, Mesir dan Qatar mengenai kemungkinan kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.

Hamas diyakini menyandera lebih dari 130 warga Israel setelah serangan lintas batas pada 7 Oktober lalu.

Di lain sisi, kelompok Palestina menuntut diakhirinya serangan mematikan Israel di Jalur Gaza demi kesepakatan pertukaran sandera dengan Israel.

Kesepakatan sebelumnya pada bulan November antara Hamas dan Tel Aviv menghasilkan pembebasan 81 warga Israel dan 24 warga asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya