China Jadi Negara Termahal di Dunia dalam Membesarkan Anak

Bendera China.
Sumber :

BeijingChina merupakan salah satu negara termahal di dunia untuk membesarkan anak, jika dibandingkan dengan PDB per kapita negara tersebut. Hal itu disampaikan oleh sebuah lembaga pemikir terkemuka Tiongkok, pada Rabu, 21 Februari 2024, ketika mereka merinci waktu dan biaya bagi perempuan, yang memilih untuk memiliki anak di negara tersebut.

China Ikut Dorong UMKM Indonesia dapat Bersaing di Pasar Global

Biaya membesarkan anak hingga mereka berusia 18 tahun relatif terhadap PDB per kapita adalah sekitar 6,3 kali lipat di China, dibandingkan 2,08 kali lipat di Australia, 2,24 kali lipat di Prancis, 4,11 kali di AS, dan 4,26 kali lipat di Jepang, menurut sebuah laporan oleh Institut Penelitian Populasi YuWa yang berbasis di Beijing.

Ilustrasi anak

Photo :
  • flickr
Al, El, Dul Bakal Nikah Tahun Depan, Ahmad Dhani Berencana Bagikan Asetnya

Membesarkan anak juga menyebabkan berkurangnya jam kerja dan tingkat upah perempuan, sementara mata pencaharian laki-laki sebagian besar tidak berubah.

“Karena lingkungan sosial di China saat ini tidak ramah terhadap kesuburan perempuan, biaya waktu dan peluang bagi perempuan untuk memiliki anak terlalu tinggi,” kata laporan tersebut, yang ditulis bersama oleh Liang Jianzhang, pendiri situs perjalanan online Ctrip dan juga pendiri institut YuWa.

Kunjungan Paus Fransiskus Berjalan Lancar, Pengamat: Bukti Indonesia Baik-baik Saja

“Karena alasan-alasan seperti tingginya biaya melahirkan dan kesulitan bagi perempuan untuk menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan, rata-rata kemauan kesuburan masyarakat Tiongkok hampir merupakan yang terendah di dunia," lanjutnya, dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 22 Februari 2024.

Laporan ini muncul setelah populasi Tiongkok turun selama dua tahun berturut-turut pada tahun 2023, dengan jumlah kelahiran baru turun menjadi sekitar setengah dari jumlah kelahiran pada tahun 2016.

Sementara itu, semakin banyak perempuan yang memilih untuk tidak memiliki anak karena tingginya biaya perawatan anak, dan keengganan untuk menikah atau menunda karir mereka. Selain itu, diskriminasi gender masih merajalela.

"Perempuan umumnya mengalami pengurangan 2.106 jam kerja ketika mengasuh anak berusia 0-4 tahun dan menghadapi perkiraan kehilangan upah sebesar US$8.700 (Rp136 juta) pada periode tersebut," bunyi laporan tersebut.

Gambar bintang lima diganti Virus Corona di bendera China.

Photo :
  • Newshub

Memiliki anak juga akan menyebabkan penurunan upah perempuan sebesar 12-17 persen, kata laporan itu.

Waktu luang pun akan dikurangi sebesar 12,6 jam untuk ibu dengan satu anak berusia 0-6 tahun dan 14 jam untuk dua anak.

Ada “kebutuhan mendesak” di tingkat nasional untuk memperkenalkan kebijakan untuk mengurangi biaya melahirkan anak sesegera mungkin, kata YuWa, seperti subsidi tunai dan pajak, peningkatan layanan penitipan anak, cuti melahirkan dan cuti ayah yang setara, akses terhadap pengasuh anak asing, memungkinkan kerja yang fleksibel dan memberikan hak reproduksi yang sama kepada perempuan lajang seperti perempuan yang sudah menikah.

Langkah-langkah tersebut bersama-sama dapat meningkatkan kelahiran baru menjadi sekitar 3 juta, kata laporan itu.

Pada tahun 2023, tingkat kesuburan total Tiongkok hanya berada pada angka 1,0, salah satu yang terendah di dunia.

“Jika tingkat kesuburan yang sangat rendah saat ini tidak dapat ditingkatkan, populasi Tiongkok akan menurun dengan cepat dan menua, yang akan berdampak negatif pada inovasi dan kekuatan nasional secara keseluruhan,” pungkas YuWa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya