Bye! Ini Daftar 21 Negara yang Sudah Tinggalkan Dolar AS, Termasuk Indonesia
- ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Jakarta – Dalam laporan media pemerintah terbaru, Rusia dan China kini telah sepenuhnya meninggalkan penggunaan mata uang Barat, terutama Dolar AS, dalam perdagangan bilateral mereka, kata Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin.
 Penghentian penggunaan dolar AS atau disebut Dedolarisasi adalah proses penggantian dolar AS sebagai mata uang yang digunakan untuk perdagangan antar negara seperti minyak dan/atau komoditas lainnya.
Tak hanya dua negara tersebut, dua aliansi besar dunia, yaitu Association of Southeast Asian Nations atau ASEAN dan kumpulan negara BRICS juga telah secara resmi sepakat untuk tidak menggunakan dolar AS untuk perdagangan global sejak akhir tahun 2023, melansir WION, Kamis, 22 Februari 2024.
Pada bulan Maret 2023, blok ASEAN adalah negara pertama yang memutuskan untuk tidak menggunakan dolar AS untuk transaksi lintas batas.Â
Para pemimpin 10 negara Asia Tenggara menandatangani deklarasi untuk berhenti menggunakan dolar AS dan sebagai gantinya mempromosikan mata uang lokal mereka.Â
Tak lama dari itu itu, aliansi BRICS juga melakukan pengesahan untuk menghentikan penyelesaian perdagangan internasional menggunakan dolar AS pada pertemuan puncak pada bulan Agustus akhir tahun lalu.Â
BRICS akan menggunakan mata uang lokal untuk perdagangan dan juga berupaya menciptakan mata uang bersama di antara negara-negara anggota. Perdagangan akan diselesaikan di dalam blok 10 negara yang ada dan bukan dengan negara lain di luar aliansi.
Kelompok ASEAN terdiri dari 10 negara, dan aliansi BRICS kini beranggotakan 11 negara dan dapat disimpulkan bahwa total 21 negara telah secara resmi setuju untuk tidak menggunakan dolar AS untuk perdagangan mulai akhir 2023 lalu.Â
Blok 10 negara ASEAN tersebut meliputi Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.Â
Aliansi BRICS yang menghentikan penggunakan dolar AS mencakup Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Arab Saudi, UEA, Mesir, Iran, Argentina, dan Ethiopia.
Salah satu alasan utama negara-negara melakukan dedolarisasi adalah untuk mencapai kemandirian ekonomi. Bergantung terlalu banyak pada mata uang asing, terutama dolar AS dapat membuat negara-negara rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan kebijakan ekonomi luar negeri.