Negara Tetangga Indonesia Seret Kelompok LGBT Buat Genjot Angka Kelahiran

Ilustrasi LGBT
Sumber :
  • Pixabay

Bangkok – Pemerintah Thailand berencana mengumumkan strategi baru untuk mempromosikan teknologi reproduksi bantu dengan tujuan meningkatkan tingkat kelahiran.

Cerita Sriwani Sayuti Bisa Balik Indonesia, Sempat Ditahan di Thailand Dituduh Bawa 128 WNI Wisata Ilegal

Langkah-langkah ini mencakup dorongan untuk memperluas akses ke prosedur tersebut kepada perempuan lajang dan komunitas LGBTQ.

Dilansir dari Bangkok Post, Minggu, 18 Januari 2024, Menteri Kesehatan Thailand, Cholnan Srikaew, dalam pertemuan dengan perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Thailand, Jos Vandelaer, mengungkapkan bahwa Kementerian Kesehatan telah memberikan mandat kepada Departemen Kesehatan (DoH) untuk mengambil langkah-langkah guna memfasilitasi akses terhadap perawatan infertilitas dan layanan konseling terkait konsepsi.

WHO Tetapkan TBC Penyakit Menular Paling Mematikan

Bendera negara Thailand.

Photo :
  • AP Photo/Sakchai Lalit

Departemen Kesehatan diminta untuk mengeksplorasi cara untuk meningkatkan ketersediaan prosedur teknologi reproduksi bantu, termasuk layanan inseminasi intrauterin (IUI) dan fertilisasi in vitro (IVF) bagi individu yang membutuhkan.

Dharma Sebut Bio Weapon untuk Pandemi Selanjutnya Sudah Disiapkan, Gong Kematian Pengusaha Jakarta

Cholnan juga menyebutkan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan amandemen undang-undang untuk memungkinkan akses pengobatan infertilitas bagi perempuan lajang dan komunitas LGBTQ+. Rencananya, amendemen tersebut akan diajukan pada bulan Maret.

Kementerian berencana untuk menjadikan pengobatan infertilitas sebagai salah satu manfaat kesehatan dasar yang dicakup dalam program jaminan kesehatan nasional.

"Meningkatkan kesuburan telah dimasukkan dalam agenda nasional melalui kampanye Melahirkan, Dunia Hebat," kata Dr Cholnan, seperti dikutip Bangkok Post.

"Kementerian telah berupaya melindungi hak-hak kesehatan reproduksi dan seksual masyarakat, terutama mereka yang berada dalam kelompok sensitif. Misi ini mendapat dukungan baik dari badan-badan internasional, antara lain WHO, United Nations Population Fund (UNFPA) dan United Nations Children's Fund (UNICEF)," jelasnya.

Menurut Kementerian Dalam Negeri, jumlah populasi penduduk saat ini sebanyak 66.052.615 jiwa, turun 0,06 persen atau 37.860 jiwa dibandingkan tahun 2022. Jumlah angka kelahiran tahun lalu sebanyak 485.085 jiwa merupakan yang terendah dalam 70 tahun terakhir.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya