Katedral Dijadikan Tempat Disko Bikin Umat Kristen Murka

Ilustrasi diskotek atau kelab malam.
Sumber :
  • Pixabay

London – Kabar tentang diadakannya disko senyap (silent disco) di Katedral Canterbury mengundang perhatian dan keberatan dari umat Kristiani. Acara yang menyajikan musik dari era '90-an ini mendapat kritik dari sejumlah warga Kristen konservatif.

Anindya Bakrie Ungkap RI Dorong Investasi Asing yang Menciptakan Lapangan Kerja

Katedral terkenal yang berlokasi di tenggara London tersebut dihadiri sekitar 750 orang pada akhir pekan lalu untuk acara yang bertema musik '90-an. Para peserta disko mengenakan headphone dan menikmati musik dari Britney Spears, TLC, Eminem, dan Spice Girls sambil menikmati minuman beralkohol di Nave, area bersejarah katedral yang diubah menjadi lantai dansa.

Presiden Prabowo dan PM Inggris Kompak Suarakan Perdamaian di Gaza

Meski tiket sudah habisterjual dengan harga $31 atau sekitar Rp480 ribuan, dan ada opsi VIP seharga $40 atau sekitar Rp625 ribuan, sejumlah umat Kristen menganggap acara ini tidak pantas dilakukan di dalam rumah ibadah.

Dr. Cajetan Skowronski, yang memimpin protes menentang acara tersebut. Namun, Pejabat Tinggi Canterbury, Reverend Dr. David Monteith, menolak petisi mereka dengan alasan bahwa mereka adalah minoritas yang ekstrem.

Inggris Tertarik Kerja Sama Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia

Katedral Canterbury

Photo :
  • X/@CburyCathedral

“Meskipun menghormati hak kami untuk protes, Pejabat Tinggi menolak petisi kami, menyatakan bahwa kami adalah minoritas ekstrem karena tidak ingin ada pesta dansa dengan musik Eminem di rumah Tuhan,” kata Dr. Cajetan Skowronski, yang memimpin protes tersebut," ujar Skowronski yang dikutip dari New York Post pada Jumat, 16 Februari 2024. 

Skowronski menegaskan bahwa Katedral Canterbury tidak dibangun untuk menjadi tempat diskotik dan bahwa acara ini dapat merusak pandangan orang terhadap keseriusan umat Kristen dalam menjalani iman mereka.

"Diskotek dan pesta-pesta itu memang menyenangkan tetapi hanya di tempatnya yang seharusnya - itu semua baik-baik saja di klub malam, tetapi Katedral Canterbury tidak dibangun untuk ini," katanya.

Dokter berbasis di Sussex tersebut mengajak sekitar 30 orang untuk berpartisipasi dalam protes damai pada Kamis malam di Christ Church Gate dan berharap orang lain akan bergabung.

"Jika kita tidak melawan, kuil-kuil kuno kita akan menjadi klub malam secara reguler, dan iman Kristen di negara ini akan semakin terpinggirkan," katanya. 

"Kita hidup dan berjuang serta berkomitmen untuk mempertahankan tempat-tempat suci kita untuk tujuan sejati mereka: ibadah."

Sebuah jajak pendapat lokal pun digelar dan mendapatkan hasil bahwa sebanyak 54% mendukung acara ini, sementara 46% menentang disko senyap yang diadakan di Katedral Canterbury. 

"Katedral selalu menjadi bagian dari kehidupan komunitas dengan cara yang jauh lebih luas daripada fokus utamanya sebagai pusat ibadah dan misi Kristen," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya