2 Negara Tetangga Indonesia Hadapi Resesi Seks Mengerikan
- Freepik
Jakarta – Beberapa negara di wilayah Asia telah menarik perhatian karena menghadapi masalah resesi seks dan penurunan drastis dalam jumlah penduduk yang memicu situasi darurat nasional.
Salah satunya adalah Korea Selatan, yang telah menyatakan darurat nasional karena tingkat kelahirannya turun menjadi 0,72 pada tahun 2023.
Dilansir dari Financial Times, Jumat, 16 Februari 2024, jika tren ini terus berlanjut, populasi Korea Selatan diperkirakan akan menurun menjadi hanya separuhnya pada tahun 2100, dengan jumlah penduduk hanya sekitar 24 juta.
Selain Korea Selatan, negara-negara di Asia Timur lainnya seperti China dan Jepang juga menghadapi tantangan serupa dengan penurunan signifikan dalam tingkat kelahiran.
Masalah resesi seks ini tidak hanya terbatas pada Asia Timur, tetapi juga terjadi di wilayah Asia Tenggara, termasuk di Thailand dan Singapura.
Dilansir dari The Straits Times, melaporkan tingkat kelahiran di Thailand hanya 1,16 nyaris di semua provinsi pada 2022. Ahli pun memprediksi populasi Thailand bisa menyusut menjadi 33 juta dari 66 juta pada 2083 jika kondisi ini terus berlangsung.
"Jumlah penduduk Thailand akan turun dari 66 juta menjadi 33 juta pada 2083. Populasi usia kerja (usia 15 hingga 64 tahun) akan turun dari 44 juta menjadi hanya 14 juta," kata spesialis demografi Kue Wongbunsin.
"Jumlah anak-anak (0-14 tahun) akan turun dari 10 juta menjadi hanya satu juta, sedangkan lansia (berusia 65 tahun ke atas) akan meningkat dari delapan juta menjadi 18 juta, yang merupakan 50 persen dari total populasi negara ini," lanjut dia.
Singapura, sementara itu, mencatat rekor tingkat kelahiran terendah sejak 1960 yakni 1.05 pada 2022.
Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan (ICA) Singapura mencatat sebanyak 7,9 persen penurunan jumlah kelahiran bayi dari tahun sebelumnya. Pada 2021, ada 38.672 kelahiran di negara itu, sementara pada 2022 turun menjadi 35.605 kelahiran.
Masalah resesi seks di Thailand pada akhirnya membuat pemerintah Negeri Gajah Putih mulai serius mengatasi hal ini.
Menteri Kesehatan Thailand Cholnan Srikaew awal tahun ini mengatakan penurunan tingkat kelahiran akan menjadi agenda nasional prioritas, demikian dikutip dari Bangkok Post.
Sementara itu di Singapura, persoalan ini bukanlah hal baru. Pemerintah Singapura sudah menerapkan beberapa langkah untuk memitigasi dampak dari masalah ini selama beberapa tahun terakhir.
Mengutip Business Times, pemerintah Singapura pada Februari tahun lalu mengumumkan rencana untuk mendukung mereka yang memiliki keinginan menikah dan menjadi orang tua.
Dukungan itu termasuk pengajuan rumah susun Build-To-Order, hadiah uang tunai dan hibah, hingga cuti ayah yang diperpanjang empat minggu dan dibayar pemerintah.
Pada dasarnya, resesi seks ini terjadi karena kondisi sosial ekonomi yang berubah seiring waktu. Banyak orang muda yang enggan menikah atau memiliki anak karena mempertimbangkan beban ekonomi yang mesti ditanggung di masa depan, seperti biaya tempat tinggal, pendidikan anak, dan lainnya.