Melalui Lensa Dunia: Sorotan Media Asing terhadap Pemilihan Umum Indonesia 2024
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA Dunia – Pemilihan Umum merupakan momen penting dalam kehidupan demokratis suatu negara. Tak hanya menjadi sorotan dalam negeri, namun juga menarik perhatian dunia internasional. Pemilihan Umum Indonesia 2024 tidak terkecuali. Dalam konteks globalisasi dan teknologi informasi yang semakin maju, media asing memainkan peran penting dalam memberikan liputan, analisis, dan pandangan terhadap proses politik di berbagai belahan dunia.
Pemilu di Indonesia, sebagai negara demokratis terbesar di Asia Tenggara, selalu menarik perhatian media asing.
Salah satunya media asing Timur Tengah Al Jazeera, yang menyorot kegiatan pemilu di Indonesia, disertai dengan hujan dan banjir. “Lebih dari 204 juta dari 270 juta penduduk Indonesia memilih presiden dan wakil presiden baru, serta ribuan anggota parlemen dan wakil daerah,” tulis Al Jazeera, dilansir Rabu, 14 Februari 2024.
“Hujan deras dan banjir menimbulkan beberapa masalah pada pagi hari, khususnya di Jakarta dan Jawa, namun tampaknya tidak menyurutkan antusiasme pemilih,”
“Tiga pasangan calon presiden utama adalah mantan jenderal kontroversial Prabowo Subianto, yang mencalonkan diri untuk ketiga kalinya untuk menduduki jabatan puncak, kali ini bersama Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo yang akan keluar dari jabatannya yang berusia 36 tahun. Turut bersaing adalah mantan Menteri Pendidikan dan Gubernur Jakarta Anies Baswedan dan mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo,” tulis media tersebut.
Tak ketinggalan, media asal Singapura The Straits Time juga menyorot kemeriahan pemilu Indonesia. CNA menyoroti ketiga Capres-Cawapres, agama, hingga program-program mereka.
“Pengulangan politik identitas berdasarkan Islam tidak mungkin terjadi pada pemilihan presiden dan legislatif di Indonesia tahun ini, kata para analis,” tulis media tersebut.
“Dengan ketiga kandidat presiden yang beragama Islam, tidak ada kandidat minoritas yang membagi pemilih berdasarkan agama atau etnis, tidak seperti pemilu sebelumnya yang diwarnai ketegangan dan kekerasan agama. Kelompok-kelompok Islam terkemuka juga telah dilemahkan oleh pemerintah,”
“Hal yang lebih disukai oleh generasi muda, yang merupakan lebih dari setengah dari 205 juta pemilih, kemungkinan besar adalah isu-isu penting, seperti peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang baik dan rumah yang terjangkau,” lanjutnya,