Mencekam! Kerusuhan Tewaskan 3 Orang Usai Presiden Senegal Umumkan Penundaan Pilpres
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Dakar – Krisis politik di Senegal makin parah dengan jatuhnya tiga korban jiwa, pada Sabtu, 10 Februari 2024. Kerusuhan itu imbas aksi yang meluas usai Presiden Macky Sall umumkan menunda Pemilu Presiden (Pilpres) 2024.
Seorang pria berusia 23 tahun meninggal pada Sabtu setelah ditembak dalam bentrokan di ibu kota Dakar. Lalu, seorang mahasiswa berusia 22 tahun meninggal pada Jumat di kota utara Saint-Louis dalam keadaan yang masih belum menentu.
"Komunitas internasional dan regional harus menjadi saksi atas tindakan berlebihan yang dilakukan rezim yang sedang sekarat ini,” kata calon presiden Khalifa Sall, dikutip dari France 24, Senin, 12 Februari 2024.
Salah seorang yang tewas adalah pedagang pasar, Modou Gueye yang sempat melakukan aksi pada Jumat di lingkungan Colobane, wilayah Dakar. Saksi peristiwa itu adalah saudaranya Dame Gueye, yang bersama korban saat itu.
Kakak ipar korban, Mbagnick Ndiaye, mengatakan Gouye meninggal karena luka-lukanya pada Sabtu pagi.
Pihak berwenang belum mengonfirmasi kematian Gouye. Namun, video yang diunggah ke media sosial menunjukkan ada orang lain yang terluka juga.
Di Saint-Louis, Alpha Yoro Tounkara dilaporkan meninggal di kampus Universitas Gaston Berger. Insiden mencekam itu membuat rekan-rekan korban berjaga sepanjang malam untuknya.
Kementerian Dalam Negeri Senegal mengeluarkan pernyataan yang menyangkal pasukan keamanan telah beroperasi di dalam kampus universitas.
Aksi kemarahan meningkat sejak Presiden Sall menunda tahapan Pilpres yang dijadwalkan pada 25 Februari 2024 hingga Desember.
Aksi protes terjadi di seluruh negeri pada Jumat, 9 Februari 2024. Saat aksi itu, polisi gunakan gas air mata untuk menjauhkan massa dari alun-alun utama di Dakar. Selain itu, polisi juga menutup jalan-jalan utama, jalur kereta api dan pasar-pasar utama.
Reporter Without Borders menlaporkan setidaknya lima jurnalis menjadi sasaran polisi di Dakar.
Aksi protes dikabarkan terjadi pada Selasa, 13 Februari 2024.
Sall mengatakan alasan kebijakan menunda pemilu karena perselisihan antara parlemen dan Dewan Konstitusi mengenai calon potensial yang tak diperbolehkan mencalonkan diri. Dia bilang hal itu sama dengan ingin memulai proses peredaan dan rekonsiliasi.
Penundaan ini mendapat kecaman dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Parlemen Senegal mendukung langkah tersebut setelah pasukan keamanan menyerbu majelis itu dan memecat beberapa anggota parlemen oposisi.
Parlemen juga memilih untuk tetap pertahankan Sall sampai penggantinya menjabat. Hal itu kemungkinan besar tak akan terjadi sebelum awal 2025. Padahal, masa jabatan keduanya akan berakhir pada tanggal 2 April.
Krisis ini kembali jadi sorotan. Dunia global mempertanyakan reputasi negara Afrika Barat tersebut dalam hal stabilitas demokrasi di wilayah yang dilanda kudeta militer.