Menteri Luar Negeri AS Kunjungan ke Timur Tengah, Desak Gencatan Senjata di Palestina
- thesun.ie
VIVA – Antony Blinke Menteri luar negeri Amerika Serikat (AS) berangkat ke Timur Tengah pada Senin, 5 Februari 2024, untuk mengadvokasi gencatan senjata di Gaza Palestina.
Kunjungan ini merupakan respons terhadap berlanjutnya konflik antara Israel dan Hamas, khususnya serangan pasukan Israel di wilayah Rafah Timur dan Khan Younis.
Ini merupakan kunjungan kelima Menteri Luar Negeri Amerika Serikat ke wilayah Timur Tengah sejak serangan Hamas di Israel pada 7 oktober 2023. Dalam perjalanannya, Blinke diperkirakan akan mengunjungi Arab Saudi, Israel, Mesir dan Qatar.
Blinke menekankan urgensinya bantuan kemanusiaan di Gaza karena dampak buruk terhadap wilayah yang terkepung akibat konflik.
Kedatangan Blinke ke Timur Tengah diperkirakan akan membahas usulan gencatan senjata yang diinisiasi dalam pertemuan tingkat tinggi antara Amerika serikat, Israel, Mesir dan Qatar di Paris pada Januari lalu.
Gencatan senjata yang diusulkan bertujuan menghentikan pertempuran selama enam minggu pertama dengan syarat Hamas membebaskan sandera sebagai imbalan pembebasan tahanan Palestina, seperti yang diungkapkan oleh sumber Hamas. Meski Hamas menyatakan belum ada kesepakatan yang dicapai, beberapa pejabat Israel telah menolak konsesi apapun.
Sebelum berangkat ke Timur Tengah, Blinken menyatakan bahwa penanganan krisis kemanusiaan di Gaza dan memajukan stabilitas di Timur Tengah adalah prioritas utama yang dibagi bersama Arab Saudi. Meskipun Saudi telah mempertimbangkan.
Pasukannya Militer Israel telah membunuh puluhan pejuang Palestina dalam pertempuran di wilayah utara, tengah dan selatan Gaza selama 24 jam terakhir.
Warga Palestina menggambarkan pertempuran sengit di Kota Gaza, khususnya wilayah barat dekat pantai Mediterania, yang mendapat pemboman dari kapal perang Israel.
Pejabat kesehatan Palestina telah menemukan 14 jenazah yang tewas dalam serangan di Khan Younis semalam. Lebih dari 27.000 warga Palestina dipastikan tewas dalam serangan Israel, dan ribuan lainnya tewas dikhawatirkan belum ditemukan di reruntuhan.
Israel mengatakan pihaknya telah membunuh 10.000 pria bersenjata dan kehilangan 226 tentara dalam pertempuran di Gaza, setelah 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas. Beberapa hari terakhir bahwa tim penyelamat menegaskan tidak dapat menjangkau banyak korban tewas dan terluka di kota tersebut.
Setelah Israel mengumumkan pekan lalu bahwa mereka sedang mempersiapkan potensi serangan darat di Rafah, badan-badan bantuan internasiona l dan PBB mengkhawatirkan dampak kemanusiaannya akan menjadi bencana besar, dan tidak ada tempat tersisa bagi warga untuk mengungsi.
Seperti yang kita ketahui, Rafah saat ini menjadi tempat perlindungan bagi satu juta lebih penduduk Gaza yang mengungsi akibat serangan Israel. Warga Gaza khawatir bahwa serangan ke Rafah akan membuat mereka keluar dari wilayah tersebut untuk selamanya, menuju Mesir yang menolak segala upaya untuk memaksa mereka menyeberang.
Dikutip dari The Star, Selasa 6 Februari 2034, Said Hamouda merupakan salah satu warga Palestina yang mengatakan bahwa dirinya telah meninggalkan rumah di jalur Gaza untuk mengungsi ke Rafah di perbatasan denggan Mesir, pasal situasinya yang tidak dapat digambarkan.
Meskipun Saudi telah mempertimbangkan normalisasi hubungan dengan Israel sebelum perang, keputusan ini masih menjadi bagian dari perbincangan bersama.