Kehilangan Banyak Suara Warga Amerika-Muslim, Joe Biden Gandeng Taylor Swift Ikut Kampanye
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Washington – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden bersiap menghadapi calon presiden (capres) dari Partai Republik Donald Trump dalam pemilu 2024 mendatang. Sengitnya perebutan kursi presiden AS itu juga membuat Joe Biden menggunakan bantuan bintang pop AS Taylor Swift.
Penyanyi dan penulis lagu, yang memiliki 279 juta pengikut di Instagram, disarankan oleh staf kampanye untuk memenangkan suara Biden.
Menurut laporan The New York Times, para pembantu Biden telah menyarankan berbagai ide penggalangan dana, termasuk mengirim Biden ke Swift’s Eras Tour pada bulan Oktober.
Publikasi AS juga melaporkan bahwa tim Biden telah berulang kali akan menggunakan strategi tersebut.
Gubernur California Gavin Newsom berharap Taylor Swift bisa terlibat dalam kampanye Biden.
“Taylor Swift berdiri tegak dan unik,” katanya dalam konferensi pers pada bulan September.
“Apa yang berhasil ia capai dengan mengajak kaum muda untuk mempertimbangkan bahwa mereka mempunyai suara dan bahwa mereka harus mempunyai pilihan dalam pemilu berikutnya, menurut saya, adalah hal yang sangat berpengaruh," sambungnya, dikutip dari The New Arab, Rabu, 31 Januari 2024.
Taylor Swift juga secara terbuka mendukung Biden selama kampanye presiden tahun 2020, dengan mengatakan pada saat itu bahwa dia akan dengan bangga memilih Biden.
"Karena di bawah kepemimpinan mereka (Biden), saya yakin Amerika memiliki peluang untuk memulai proses pemulihan yang sangat mereka butuhkan," ujar Taylor saat itu.
Namun, baru-baru ini Biden mendapat reaksi yang berbeda dan perbedaan pendapat yang semakin besar atas dukungan AS terhadap perang Israel di Gaza.
Banyak suara pro-Palestina yang mendesak para pemilih untuk tidak mendukung presiden pada pemilu November.
“Biden bisa menyelamatkan terpilihnya kembali dan mendapatkan kembali suara generasi muda dengan menghentikan genosida di Gaza, tapi tidak, mari kita minta Taylor Swift untuk membuat Instagram (agar tidak mendukung Biden),” tulis mantan kandidat Kongres AS Tom Winter dalam sebuah postingan di X.
Menurut jajak pendapat Gallup, hampir tujuh dari 10 orang Amerika berusia di bawah 35 tahun tidak mendukung tindakan militer Israel di wilayah Palestina, dan hanya 22 persen kelompok usia yang menyetujui cara Biden menangani konflik tersebut. Akibatnya, popularitas Biden pun anjlok.
Peringkat dukungan terhadap pemimpin AS tersebut turun 11 poin pada bulan lalu, sementara para pemimpin Muslim AS mengumumkan rencana mereka untuk melakukan kampanye nasional untuk tidak mendukung Biden dalam pemilihan presiden mendatang.
Para pemimpin Arab-Amerika juga menolak bertemu dengan manajer kampanye Biden, Julie Chavez Rodriguez, selama kunjungannya ke kota Dearborn di Michigan pekan lalu.
“Orang-orang di komunitas, seperti pemimpin komunitas, tidak ingin bertemu dengan Biden,” ucap Dawud Walid, direktur eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR) cabang Michigan.
Imad Hamad, direktur Dewan Hak Asasi Manusia Amerika di Dearborn, menambahkan bahwa banyak pemimpin masyarakat enggan bertemu dengan tim kampanye Biden kecuali untuk membahas langkah-langkah praktis yang memberikan alasan bagi masyarakat untuk mempertimbangkan kembali Biden.
Ratusan orang juga berkumpul di Islamic Center Detroit untuk melaksanakan salat Jumat yang dipimpin oleh aktivis hak-hak sipil dan imam terkemuka, Omar Suleiman.
Para pemimpin gerakan “Abaikan Biden” juga telah berbicara kepada massa, ketika mereka berbicara selama kunjungan Rodriguez.
"Biden telah kehilangan suara Muslim dan Arab. Setiap jajak pendapat menunjukkan hal itu," kata Suleiman.
“Dan jika Anda berbicara dengan siapa pun di masjid ini, Anda akan mendengar hal yang sama.”