Gak Ikutan AS-Inggris, Ini Daftar Negara yang Masih Terus Biayai Badan PBB Palestina UNRWA

UNRWA
Sumber :
  • The Hill

VIVA Dunia – 19 negara Barat telah menghentikan pendanaan mereka kepada The UN Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East atau Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), usai Israel 'memfitnah' bahwa badan tersebut berafiliasi dengan Hamas dan terlibat dalam pecahnya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023

Para pejabat tinggi Palestina dan Hamas telah mengkritik keputusan negara Barat yang menangguhkan pendanaan kepada badan bantuan PBB untuk Palestina itu dan menyerukan pembatalan segera tindakan tersebut, yang mengandung risiko “besar”.

UNRWA

Photo :
  • Al Jazeera

Kontribusi dari negara-negara anggota PBB, termasuk pemerintah regional dan Uni Eropa, mencakup lebih dari 89% pendanaan badan tersebut. Mereka juga menerima dana dari anggaran rutin PBB dan kontribusi keuangan dari badan-badan PBB lainnya. Pada tahun 2022, donor utama pemerintah adalah Amerika Serikat, Jerman, Uni Eropa, Swedia, Norwegia, Jepang, Prancis, Arab Saudi, Swiss, dan Turki, melansir laporan AP News, Rabu, 31 Januari 2024.

Namun, sejak adanya tuduhan Israel tersebut banyak negara yang menghentikan sementara sumbangan mereka, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Belanda dan Swiss telah menangguhkan pendanaan mereka.

Meski begitu negara Spanyol, Luksemburg, Irlandia, Belgia Norwegia, dan Denmark termasuk di antara negara-negara yang telah mengumumkan bahwa mereka tidak akan menangguhkan pendanaan dan akan tetap menyumbang, karena mengakui peran penting UNRWA dalam distribusi bantuan kemanusiaan kepada mereka yang sangat membutuhkan.

Berikut pernyataan negara-negara tersebut:

Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares seperti dikutip dalam sebuah komite parlemen bahwa pekerjaan UNRWA "sangat diperlukan".

Pendanaan Rp 50 Miliar, Qazwa dan eJahit Sinergi Perkuat Ekosistem Bisnis Fesyen Lokal

Menteri Luar Negeri Luksemburg Xavier Bettel juga mengatakan warga sipil di Gaza akan lebih menderita dibandingkan saat ini tanpa dukungan UNRWA.

Irlandia dan Belgia sebelumnya juga menyatakan tidak akan memutuskan hubungan dengan UNRWA.

Serangan Brutal Israel, Jumlah Korban Tewas di Gaza Terus Meningkat

Menteri Luar Negeri Irlandia Micheal Martin mengatakan dia "percaya penuh" pada keputusan kepala UNRWA Philippe Lazzarini yang segera memberhentikan staf UNRWA yang diyakini terlibat dalam serangan tersebut dan melakukan penyelidikan.

“Bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan nyawa harus terus menjangkau warga sipil di wilayah Gaza/Palestina, dan UNRWA memainkan peran penting,” tulis Menteri Kerja Sama Belgia Caroline Gennez di X (sebelumnya Twitter).

Puluhan Anak di Gaza Tewas dalam Serangan Terbaru, AS Tuntut Penjelasan Israel

Dalam pernyataan rinci, Menteri Luar Negeri Norwegia Espen Barth Eide mengatakan meskipun tuduhan terhadap staf UNRWA “sangat memprihatinkan”, negaranya akan terus mendanai badan tersebut karena situasi “bencana” di Gaza.

Eide memperingatkan terhadap hukuman kolektif terhadap penduduk Gaza, yang berjumlah lebih dari dua juta jiwa, karena dugaan tindakan segelintir staf UNRWA.

“Meskipun saya turut prihatin atas tuduhan serius terhadap beberapa staf UNRWA, saya mendesak donor lain untuk merenungkan konsekuensi yang lebih luas dari pemotongan dana untuk UNRWA di masa krisis kemanusiaan yang ekstrem ini,” katanya.

Kantor Pusat PBB di New York, AS.

Photo :
  • UN Photo

“Kita tidak seharusnya menghukum jutaan orang secara kolektif. Rakyat Gaza sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan dan tidak boleh membayar harga atas tindakan orang lain.”

UNRWA didirikan pada tahun 1949 untuk melayani puluhan ribu warga Palestina yang secara etnis diusir dari rumah mereka oleh milisi Yahudi dari wilayah yang saat ini menjadi bagian dari Israel, melansir web resmi UNRWA PBB. 

Badan PBB tersebut beroperasi di Tepi Barat yang diduduki, Yerusalem Timur dan Gaza, serta di Yordania, Lebanon dan Suriah, negara-negara tetangga tempat para pengungsi Palestina berlindung setelah pengusiran mereka dengan kekerasan yang dikenal sebagai Nakba atau bencana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya