Balas Dendam, AS Perintahkan Militer Israel Kembali ke kota Gaza yang Sebelumnya Ditinggalkan
- thesun.ie
VIVA Dunia – Israel kembali melancarkan serangan ke kota terbesar di Gaza, beberapa minggu setelah mundur dari sana, sementara pihak Washington berjanji akan mengambil “semua tindakan yang diperlukan” untuk membela pasukannya setelah serangan mematikan di Yordania, yang merupakan kematian pertama militer AS di Timur Tengah sejak perang Gaza dimulai.
Sehari setelah tiga anggota militer AS di Yordania tewas dan sedikitnya 34 orang terluka dalam apa yang Washington sebut sebagai serangan pesawat tak berawak, pemerintahan Presiden Joe Biden berada di bawah tekanan untuk merespons dengan tegas tanpa memicu perang yang lebih luas.
“Presiden dan saya tidak akan mentolerir serangan terhadap pasukan AS dan kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk membela AS dan pasukan kami,” kata Menteri Pertahanan Lloyd Austin di Pentagon, melansir CNA, Selasa 30 Januari 2024.
Juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan: "Kami tidak ingin perang yang lebih luas dengan Iran. Kami tidak ingin perang yang lebih luas di kawasan ini, namun kami harus melakukan apa yang harus kami lakukan."
Iran membantah berperan apa pun. Biden sebelumnya telah memerintahkan serangan balasan terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran, tetapi sejauh ini tidak menyerang Iran secara langsung.
“Jangan ragu, kami akan meminta pertanggungjawaban semua pihak pada waktu dan cara yang kami pilih,” tambah Biden.
Di Gaza utara, penduduk mengatakan serangan udara pada hari Senin terhadap lingkungan di seluruh Kota Gaza, kota terbesar di wilayah kantong tersebut, menewaskan dan melukai banyak orang. Sementara tank-tank Israel menembaki wilayah timur kota, kapal-kapal angkatan laut kembali masuk dan menembaki wilayah pantai di barat, kata mereka.
Di antara mereka yang tewas adalah dua jurnalis Palestina, Essam El-lulu dan Hussein Attalah, serta beberapa anggota keluarga mereka, kata pejabat kesehatan dan serikat jurnalis.
Hamas, pada bagiannya, menembakkan roket pertamanya selama berminggu-minggu ke kota-kota Israel, membuktikan bahwa kelompok militan yang menguasai Gaza masih memiliki kemampuan untuk meluncurkannya setelah hampir empat bulan berperang.
Militer Israel mengatakan pihaknya menembak jatuh enam dari 15 roket dan tidak ada laporan mengenai korban jiwa di Israel.