Kehabisan Bahan Makanan, Warga Gaza Buat Roti dari Pakan Ternak
- Middle East Eye/Mohammed al-Hajjar
Gaza – Warga Palestina di Gaza terpaksa mengambil tindakan ekstrem, di tengah meningkatnya kelaparan akibat pemboman tanpa henti yang dilakukan Israel sejak Oktober lalu. Banyak keluarga di Palestina harus mencampurkan berbagai bahan ke dalam tepung untuk membuat roti menggunakan metode tradisional, karena kelangkaan makanan.
Mereka juga terpaksa menggunakan pakan ternak dan pakan burung yang dimasukkan ke dalam roti mereka, sehingga terkadang menyebabkan masalah kesehatan, terutama pada anak kecil.
Abu Alaa, pemilik pabrik di Gaza tengah, mengatakan bahwa makanan yang tersedia bagi masyarakat tidak dapat dimakan.
"Sesuatu harus segera dilakukan mengenai hal ini,” katanya kepada Middle East Eye, dikutip pada Senin, 29 Januari 2024.
"Masyarakat mencampurkan pakan burung dan pakan hewani ke dalam makanan mereka. Ini tidak benar, tidak sehat. Orang-orang menggilingnya dan mencampurkannya ke dalam roti mereka.”
Ia juga menjelaskann bahwa hal ini terjadi karena kurangnya pengiriman bantuan serta meroketnya harga barang-barang yang tersedia di Gaza.
Abu Alaa mengatakan bahwa dia terpaksa menurunkan harga gandum karena keadaan yang buruk, meskipun kenaikan harga pangan menimpa semua orang.
Banyak keluarga mengantri berjam-jam setiap hari hanya untuk mendapatkan beberapa pon tepung. Namun, sering kali, saat mereka sudah berada di depan antrian, tepung sudah habis.
Sementara itu, dalam banyak kesempatan, masyarakat terpaksa berhamburan dan melarikan diri akibat bombardir Israel.
Dampak buruk terhadap kesehatan Menurut laporan PBB pada Desember 2023, 93 persen penduduk Gaza menghadapi krisis kelaparan dan seperempat penduduk di Jalur Gaza menghadapi kelaparan akut.
Pada hari Kamis, 25 Januari 2024, Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa seluruh penduduk Palestina berada dalam kondisi rawan pangan.
"Lebih dari seperempat dari mereka, atau setengah juta orang berada pada IPC5, tahap kelaparan yang paling ekstrim."
Euro-Med Human Rights mengatakan bahwa mereka telah mendokumentasikan banyak kematian akibat kelaparan, termasuk bayi.
Sebagai informasi, mencampur pakan ternak ke dalam roti sudah mulai menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat, namun meski demikian, banyak keluarga yang mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai alternatif lain.
Abu Anas, warga setempat yang tinggal di dekat pabrik, mengatakan bahwa makanan apa pun yang tersedia di Gaza tidak lagi terjangkau, terutama setelah hampir semua toko roti dan supermarket di Jalur Gaza dibom.
Sebaliknya, banyak keluarga yang menggunakan teknik “zaman batu” dan oven darurat untuk membuat makanan, dan, jika mereka mampu, menjualnya.
Warga juga memompa air dari sumur, dan mencampurkan air laut dan air limbah di tengah kekurangan air bersih.
Jaber, warga Gaza lainnya, mengatakan meskipun rasanya tidak enak, dia dan orang lain mencampurkan berbagai jenis tepung dan bahan untuk membuat roti.
“Kadang-kadang roti dibuat dan warnanya menjadi merah atau kuning karena bahan-bahan yang tercampur di dalamnya,” ujarnya sambil menambahkan bahwa hal tersebut tidak sehat.
Jelai giling dan jagung juga dicampur ke dalam tepung. Dalam beberapa kasus, warga Palestina terpaksa menjelajahi tanah untuk mencari sisa makanan.