Ini Isi Pidato Dubes Israel yang Buat Menlu RI Retno Walk Out di PBB
- Tangkapan layar YouTube PBB
Jakarta – Perwakilan dari berbagai negara Arab, termasuk Indonesia, meninggalkan pertemuan tingkat menteri Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai Palestina pada Selasa malam waktu AS. Kejadian ini terjadi ketika Duta Besar Israel, Gilad Erdan, memulai pidatonya.
Beberapa rekaman video menunjukkan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, meninggalkan ruang sidang, sebagaimana yang terdokumentasi dalam catatan resmi dari Kementerian Luar Negeri. Kejadian ini juga dikonfirmasi oleh Juru Bicara Kemlu, Lalu Iqbal.
Isi Pidato
Erdan pada saat itu menyatakan bahwa "upaya internasional untuk mengatasi masalah yang serius dengan Israel dianggap kurang memadai." Ia kembali menggambarkan Israel sebagai pihak yang menjadi korban, meskipun jumlah korban warga sipil mencapai lebih dari 25.700.
Dilansir dari Al Mayadeen, Jumat, 26 Januari 2024, Erdan juga menentang ide gencatan senjata, dengan keyakinannya bahwa Hamas akan tetap berkuasa.
"Ini bukanlah perang yang dipilih Israel. Tapi kami akan mempertahankan masa depan kami sama seperti Anda masing-masing membela masa depan negara Anda," Ucapnya.
Ia juga memanfaatkan kesempatan tersebut untuk kembali menegaskan narasi Israel atas dugaan ancaman Iran. Dikatakannya ada limpahan konflik yang tiba-tiba muncul karena satu negara.
"Limpahan konflik tidak terjadi secara ajaib. Itu sudah direncanakan dan diinstruksikan," klaimnya lebih lanjut.
Erdan pun menuduh bahwa intersepsi AS baru-baru ini terhadap sebuah kapal dalam perjalanan ke Yaman "adalah bukti nyata siapa yang mendalangi penyebaran ini". Menurutnya, Iran selalu berdiri di bawah bayang-bayang dan mengambil tindakan.
"Setiap negara di kawasan ini telah terkena dampak teror Iran. Mereka tidak akan berhenti untuk memperluas hegemoni Syiah," kata Israel menggeser pembahasan Palestina ke Iran.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menganggap penolakan Israel yang jelas dan berulang kali terhadap solusi dua negara tidak dapat diterima. Perlu diketahui ini jugalah yang membuat konflik terus terjadi di wilayah itu, sejak 1948.
Ia menyatakan kekhawatirannya bahwa sikap seperti itu dapat memperpanjang perang. Karenanya tindakan Israel tak bisa diterima.
"Penolakan yang jelas dan berulang-ulang pada minggu lalu terhadap solusi dua negara di tingkat tertinggi pemerintahan Israel tidak dapat diterima," tegas Guterres.
"Penolakan ini, dan penolakan terhadap hak kenegaraan rakyat Palestina, akan memperpanjang konflik yang telah menjadi ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan global tanpa batas waktu," katanya.