Kim Jong Un Hancurkan Monumen Reunifikasi Korsel-Korut, Pertanda Jadi Musuh Selamanya?
- KCNA via AP
VIVA Dunia – Sebuah monumen besar yang berdiri di Korea Utara selama lebih dari 20 tahun yang melambangkan tujuan rekonsiliasi dengan Korea Selatan, telah dihancurkan setelah sang pemimpin, Kim Jong Un memerintahkan untuk menghancurkannya, dilansir NK News, Rabu, 24 Januari 2024.
Monumen beton, yang dikenal sebagai “Arch of Reunification” atau " Monumen Tiga Piagam Reunifikasi Nasional," diresmikan pada tahun 2001 untuk memperingati proposal reunifikasi Korea yang diajukan oleh mantan pemimpin dan diktator Kim Il Sung.
Dengan tinggi 30 meter dan lebar 91 meter, menara ini menjulang di atas Jalan Raya Reunifikasi multi-jalur yang mengarah dari Pyongyang ke Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) dan terdiri dari dua wanita Korea dalam pakaian tradisional yang memegang lambang seluruh Semenanjung Korea, melambangkan Utara dan Selatan.
Lengkungan tersebut merupakan simbol dari tiga piagam, yaitu kemandirian, perdamaian dan kerja sama nasional.
Namun citra satelit Pyongyang menunjukkan bahwa monumen tersebut kini sudah tidak ada lagi.
Kim Jong Un sempat menyebut monumen itu “merusak pemandangan” dalam pidatonya di Majelis Rakyat Tertinggi pada 15 Januari lalu, di mana ia memerintahkan agar konstitusi diamandemen untuk mengatakan bahwa Korea Selatan sebagai “musuh utama dan musuh utama yang tidak akan berubah-ubah,” kata media resmi pemerintah KCNA.
Ketegangan meningkat di semenanjung Korea menyusul intensifnya latihan militer bersama yang dilakukan oleh militer Korea Selatan dan AS sebagai tanggapan terhadap uji coba senjata rudal oleh Korea Utara, yang menyatakan bahwa pihaknya bersiap untuk “perang nuklir” dengan musuh-musuhnya.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol yang menjabat pada tahun 2022 telah mengambil tindakan keras terhadap Korea Utara, menyerukan tanggapan segera dan tegas terhadap tindakan militer Korea Utara yang telah meningkatkan ketegangan di semenanjung Korea.
Korea Utara telah berjanji untuk “memusnahkan” Korea Selatan jika diserang oleh pasukan Selatan dan AS. Akhir tahun lalu, Korea Utara menyatakan tidak berlaku lagi perjanjian penting yang ditandatangani dengan Korea Selatan pada tahun 2018 yang bertujuan untuk meredakan ketegangan militer.
Menyusul pidato Kim pekan lalu, majelis Korea Utara menghapuskan lembaga-lembaga penting pemerintah yang telah berperan penting dalam pertukaran selama beberapa dekade dengan Seoul.