Hamas Rilis Buku Tentang Fakta Sebenarnya Perang 7 Oktober Pecah di Gaza, Ini Isinya
- honestreporting.com
VIVA Dunia – Kelompok Perlawanan Rakyat Palestina Hamas, menerbitkan sebuah buku laporan setebal 16 halaman pada akhir pekan lalu, yang menyoroti motif di balik serangan lintas batas terhadap Israel pada 7 Oktober dan hubungannya dengan perjuangan Palestina.
Dalam buku tersebut, Hamas juga menentang tuduhan Israel dan membeberkan banyak bukti.
Buku laporan tersebut, yang diberi judul "Our Narrative…Operation Al-Aqsa Flood" atau “Narasi Kami…Operasi Banjir Al-Aqsa”, bertujuan untuk membantah klaim Israel, mengatakan bahwa Operasi Banjir Al-Aqsa adalah langkah penting dan merupakan reaksi alami terhadap rencana Israel untuk melenyapkan perjuangan Palestina, merampas tanah, melakukan Yahudisasi terhadap warga Palestina, dan membangun kendali penuh atas Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci lainnya di Palestina.
Pernyataan tersebut menggarisbawahi bahwa Operasi Banjir Al-Aqsa merupakan langkah strategis untuk meringankan blokade di Jalur Gaza, membebaskan diri dari pendudukan Israel, memulihkan hak-hak nasional, mencapai kemerdekaan, membentuk nasib Palestina dan mendirikan negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
"Selama operasi tersebut, beberapa kesalahan mungkin muncul dalam pelaksanaannya karena rusaknya sistem keamanan dan militer Israel, yang menyebabkan kekacauan di sepanjang wilayah perbatasan dengan Gaza, tulis Hamas dalam buku mereka, melansir Anadolu Agency, Rabu, 24 Januari 2024.
"Seperti yang disaksikan oleh banyak orang, Gerakan Hamas menangani dengan cara yang positif dan baik terhadap semua warga sipil yang ditahan di Gaza, dan berusaha sejak awal agresi untuk membebaskan mereka, dan itulah yang terjadi selama gencatan senjata kemanusiaan selama seminggu; di mana warga sipil tersebut dibebaskan dengan imbalan pembebasan perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara Israel,” tulisnya.
Menyikapi tuduhan menargetkan warga sipil Israel selama Operasi Banjir Al-Aqsa, laporan Hamas tersebut menyoroti bahwa menghindari menargetkan warga sipil, terutama perempuan, anak-anak dan orang tua, adalah kewajiban moral dan agama bagi anggota Hamas.
Mengenai tuduhan Israel bahwa Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, menargetkan warga sipil pada tanggal 7 Oktober, laporan tersebut mengatakan: “Apa yang dipromosikan oleh pendudukan (occupiers) Israel atas tuduhan bahwa Brigade Al-Qassam pada tanggal 7 Oktober menargetkan warga sipil Israel hanyalah kebohongan dan rekayasa yang lengkap," jelas mereka.
"Sumber tuduhan ini adalah narasi resmi Israel, dan tidak ada sumber independen yang membuktikan satu pun dari tuduhan tersebut.”
"Klip video yang diambil pada hari itu, pada 7 Oktober, bersama dengan kesaksian warga Israel sendiri yang dirilis kemudian menunjukkan bahwa pejuang Brigade Al-Qassam tidak menargetkan warga sipil, dan banyak warga Israel yang dibunuh oleh tentara dan polisi Israel, yang membuat mereka kebingungan," lanjut tulisan.
"Pejuang Palestina hanya menargetkan tentara pendudukan dan mereka yang membawa senjata terhadap rakyat kami,” tegas Hamas dalam buku tersebut.
Buku tersebut juga meminta AS dan negara-negara Eropa untuk mendukung proses peradilan untuk menyelidiki semua kejahatan yang dilakukan di Palestina jika mereka benar-benar percaya pada keadilan, meskipun penolakan mereka terhadap Israel diadili di Mahkamah Internasional.
Seperti diketahui, Israel melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza hinga kini, menyusul serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 25.105 warga Palestina dan melukai 62.681 orang.
Serangan Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.