Gantian, Kini Giliran Vladimir Putin yang Akan Kunjungi Korea Utara
- sputnikmediabank.com
VIVA Dunia – Pada tahun 2023, dunia dihebohkan dengan pertemuan hangat antara pemimpin diktator Korea Utara Kim Jong Un dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, saat Putin dengan hangat mengundang Kim Jong Un ke negaranya selama beberapa hari untuk melakukan kunjungan kerjasama dan pereratan antar negara.
Kini, dikabarkan bahwa kunjungan akan berbalik.
Media pemerintah Korea Utara pada akhir pekan lalu melaporkan bahwa Vladimir Putin telah menyatakan kesediaannya untuk mengunjungi Pyongyang ketika ia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui di Rusia awal pekan ini.
Putin juga berterima kasih kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong Un atas undangan tersebut, mengutip Kementerian Luar Negeri, melansir DW, Senin, 22 Januari 2024.
Belum ada tanggal yang ditetapkan untuk kemungkinan kunjungan tersebut Kementerian Luar Negeri Pyongyang mengatakan bahwa kunjungan tersebut akan dilakukan "lebih awal".
Ini akan menjadi perjalanan pertama pemimpin Rusia tersebut ke Korea Utara dalam lebih dari dua dekade. Putin memang sempat mengunjungi Pyongyang pada Juli 2000 untuk bertemu dengan Kim Jong Il, ayah dari Kim Jong Un.
Rusia juga mengatakan perjalanan tersebut sedang direncanakan
Media resmi pemerintah Korut KCNA melaporkan bahwa Pyongyang telah menyetujui kerjasama strategis dan taktis lebih lanjut dengan Rusia. Laporan tersebut mengutip Kementerian Luar Negeri yang mengatakan Rusia telah menyatakan "terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Korea Utara atas dukungan penuh mereka di Ukraina.”
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pada awal pekan ini bahwa Moskow berharap kunjungannya akan berjalan baik. Peskov mengatakan Putin akan melakukan perjalanan ke Korea Utara "dalam waktu dekat."
Seperti diketahui, Kim Jon Un melakukan perjalanan ke Rusia tahun lalu pada bulan September dalam perjalanan yang sangat berfokus pada kerja sama militer antara keduanya, meskipun kedua negara tersebut kini berada di bawah sanksi internasional.
Dengan kerjasama yang makin erat ini, AS dan sekutunya telah berulang kali menyampaikan kekhawatiran mereka mengenai kesepakatan senjata dari Pyongyang untuk memasok kebutuhan perang Rusia di Ukraina. Pada hari Kamis pekan lalu, direktur senior pengendalian senjata Gedung Putih Pranay Vaddi memperingatkan bahwa sifat ancaman yang ditimbulkan oleh Korea Utara dapat berubah “secara drastis” dalam dekade mendatang jika negara tersebut terus berupaya menjalin hubungan yang lebih erat dengan Rusia.
“Apa yang kami lihat antara Rusia dan Korea Utara adalah tingkat kerja sama yang belum pernah terjadi sebelumnya di bidang militer,” kata Vaddi kepada lembaga pemikir Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington.
Pejabat intelijen AS awal bulan ini mengatakan bahwa Rusia telah memperoleh rudal balistik dari Korea Utara dan sedang mencari rudal balistik jarak dekat dari Iran.
Resolusi Dewan Keamanan PBB, yang disetujui dengan dukungan Rusia, melarang negara-negara berdagang senjata atau peralatan militer lainnya dengan Korea Utara.