Lintasi Perairan Berbahaya ke Gaza, Prabowo Yakin KRI dr Radjiman Tak Dirudal Houthi Yaman

Jumat, 19 Januari 2024 - 13:59 WIB

Oleh :

Dedy Priatmojo,

KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 mengirim bantuan kemanusiaan ke Palestina

Sumber :

Dok Prabowo

Jakarta – Pemerintah Indonesia, pada Kamis, 18 Januari 2024, mengirim kapal rumah sakit dengan membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Palestina di Gaza.

Baca Juga :

Hamas Sebut AS Takut-takuti Hakim Mahkamah Internasional yang Perintahkan Tangkap Netanyahu

Kapal bantuan rumah sakit KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat 992 untuk saat ini hanya ditugaskan mengirim bantuan ke Gaza, belum difungsikan sebagai rumah sakit terapung atau lapangan.

Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto mengatakan, “ini bukanlah misi yang mudah karena kapal harus melewati perairan yang cukup berbahaya."

Namun, Pemerintah Indonesia telah berkoordinasi dengan pihak terkait.

Menhan Prabowo Lepas Keberangkatan Kapal RS TNI KRI dr Radjiman-992

Photo :

dok. Istimewa

"Sebagai negara yang mendukung Palestina, kami tidak merasa bahwa kelompok di Yaman (Houthi) akan menganggap kami sebagai musuh mereka; sama dengan beberapa negara lain yang memahami posisi Indonesia sebagai negara non-blok," lanjut Prabowo dalam keterangannya.

Selain itu, kapal ini akan berlabuh di Pelabuhan Al-Arish di timur laut Mesir selama kurang lebih empat hari untuk mengantarkan bantuan ke Bulan Sabit Merah Mesir yang akan mengirimkannya ke Gaza.

Bantuan kemanusiaan seberat 200 ton tersebut terdiri dari makanan, obat-obatan, tenda, dan air bersih.

Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri Bagus Hendraning Kobarsih mengatakan Indonesia terus berkoordinasi dengan pihak terkait agar izin rumah sakit lapangan atau pengoperasian kapal bantu rumah sakit dapat diterbitkan.

“Kami semua sedang melakukan pembicaraan dengan pihak berwenang Mesir untuk mendapatkan izin tersebut. Saya kira perlu waktu karena kondisi di lapangan belum kondusif,” kata Bagus.

KRI dr Radjiman Wedyodiningrat 992 merupakan kapal rumah sakit ketiga di Indonesia.

Kapal tersebut dapat digunakan untuk prosedur medis besar dan kecil, termasuk bedah otak, bedah saraf, bedah mata, dan pemeriksaan gigi, serta memiliki fasilitas klinik psikiatri.

Peralatan medis pendukung seperti CT scanner dan mesin rontgen panoramik, serta laboratorium juga tersedia. Kapal itu memiliki ruang gawat darurat dan ruang isolasi serta dapat menampung sekitar 150 pasien.

Selain itu, kapal tersebut mempunyai staf sekitar 16 orang, termasuk dua dokter umum dan tenaga kesehatan lainnya, seperti apoteker dan perawat. Namun, tim tersebut dapat dimodifikasi untuk misi kemanusiaan di luar Indonesia.