Mendadak China Perintahkan Warganya Tinggalkan Negara Tetangga Indonesia, Kenapa?
- AP Photo/Aung Shine Oo
Myanmar – Kedutaan Besar China di Myanmar telah meminta warganya untuk meninggalkan distrik perbatasan di Myanmar sesegera mungkin, dengan alasan risiko keamanan. Seruan pada hari Kamis untuk mengevakuasi daerah Laukkai di wilayah Kokang, perbatasan kedua negara.
Seruan tersebut muncul ketika militer Myanmar memerangi aliansi kelompok etnis bersenjata yang berjuang untuk membatalkan kudeta militer tahun 2021. Bentrokan telah berkecamuk sejak Oktober di seluruh Negara Bagian Shan, Myanmar utara.
Hal tersebut usai Tentara Arakan (AA), Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA) yang berbahasa Mandarin, dan Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) melancarkan Operasi 1027, sebuah serangan terhadap militer di sana.
Aliansi ini telah merebut beberapa kota dan pusat perbatasan yang penting untuk perdagangan dengan Chuna sejak serangan dimulai pada akhir Oktober. Akibatnya, pemerintah China memerintahkan warganya untuk segera meninggalkan Myanmar.
“Konflik di distrik Laukkai di Kokang, Myanmar utara terus berlanjut, dan risiko keselamatan meningkat bagi orang-orang yang terdampar di sana,” kata kedutaan pada hari Kamis melalui akun WeChat seperti dilansir dari Al Jazeera.
“Kedutaan Besar China di Myanmar sekali lagi mengingatkan warga China di distrik Laukkai untuk mengungsi sesegera mungkin,” tambah kedutaan besar China.
MNDAA berjanji untuk merebut kembali kota Laukkai, yang terkenal dengan perjudian, perdagangan manusia transnasional, dan penipuan online. MNDAA mengatakan bahwa junta Myanmar telah melakukan serangan udara di Koang yang mengelilingi Lukkai.
Selain itu, Junta bahkan menembaki beberapa orang di bagian kota tersebut. Karena itu, Beijing mengatakan pihaknya telah memediasi pembicaraan antara militer dan tiga kelompok bersenjata dan mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata sementara.
Para analis mengatakan Beijing memelihara hubungan dengan kelompok etnis bersenjata di Myanmar, beberapa di antaranya memiliki ikatan etnis dan budaya yang erat dengan China dan menggunakan mata uang serta jaringan telepon China di wilayah yang dikuasai.
Beijing juga merupakan pemasok senjata utama dan sekutu militer, namun hubungan tersebut tegang dalam beberapa bulan terakhir karena kegagalan militer dalam menindak situs penipuan online di Myanmar yang menurut Beijing menargetkan warga negara China.