Kim Jong Un: Kami Akan Musnahkan Korsel dan AS Jika Memulai Konfrontasi Militer
- militarytimes.com
VIVA Dunia – Korea Utara tidak akan lagi mengupayakan rekonsiliasi dan reunifikasi dengan Korea Selatan, demikian pernyataan Kim Jong Un, seiring negaranya berjanji untuk menempatkan tiga satelit mata-mata militer baru ke orbit pada tahun 2024.
Kim mengatakan hubungan antar-Korea telah menjadi “hubungan antara dua negara yang bermusuhan dan dua negara yang berperang,” dikutip dari Al Jazeera, Selasa, 2 Januari 2023.
"Sudah waktunya bagi kita untuk mengakui kenyataan dan memperjelas hubungan kita dengan Korea Selatan,” kata Kim.
Menambahkan, Kim Jong Un juga telah memerintahkan militernya untuk “memusnahkan secara menyeluruh” Korea Selatan dan Amerika Serikat jika kedua negara itu memulai konfrontasi militer dalam rangkaian retorika permusuhan yang menargetkan Seoul dan Washington.
"Jika musuh memilih melakukan konfrontasi militer dan provokasi terhadap DPRK, tentara kita harus memberikan pukulan mematikan untuk memusnahkan mereka sepenuhnya dengan memobilisasi semua cara dan potensi terberat tanpa ragu-ragu,” kata Kim, menggunakan singkatan dari nama Korea Utara.
Seperti diketahui, Korea Utara dan Korea Selatan telah terputus satu sama lain sejak berakhirnya Perang Korea pada tahun 1953 yang berakhir dengan gencatan senjata. Kedua belah pihak secara teknis masih berperang, namun kedua pemerintahan telah lama berupaya mencapai tujuan untuk bersatu kembali suatu hari nanti.
Hubungan telah mengalami pasang surut selama beberapa dekade, namun ketegangan masih tetap tinggi dalam beberapa tahun terakhir setelah Kim Jong Un meningkatkan program senjata nuklir negaranya meskipun bertentangan dengan sanksi internasional.
Pekan lalu, KCNA melaporkan bahwa Kim telah menginstruksikan angkatan bersenjata, industri amunisi, senjata nuklir, dan sektor pertahanan sipil negara tersebut untuk mempercepat persiapan perang sebagai respons terhadap “langkah konfrontasi” yang dilakukan AS.
Pada saat itu, KCNA menggambarkan situasi politik dan militer di Semenanjung Korea sebagai “serius,” dan mengatakan bahwa situasi telah mencapai titik “ekstrim” karena Washington.