Hamas Puji Perayaan Natal Terbatas Umat Kristen Palestina di Tengah Perang Gaza
- AP Photo/Leo Correa
Palestina – Hamas memuji keputusan umat Kristen Palestina yang membatasi perayaan Natal di tengah perang Israel di Jalur Gaza.
“Hari raya umat Kristen kami tahun ini berlangsung di tengah agresi fasis yang diluncurkan (pasukan) pendudukan terhadap seluruh komponen rakyat Palestina yang menargetkan semua masjid maupun gereja,” kata Hamas lewat pernyataan dikutip Senin, 25 Desember 2023.
“Kami mengapresiasi posisi umat Kristiani Palestina yang kami hormati yang membatasi perayaan mereka tahun ini … dan bersama dengan rakyat kami di Jalur Gaza, yang menjadi sasaran agresi brutal Zionis,” tulis pernyataan tersebut.
Menurut Hamas, keputusan itu “menegaskan bahwa masyarakat kita … baik Muslim maupun Kristen, sama-sama tangguh, menjaga identitas mereka serta melindungi kesakralan Islam dan Kristen”.
Umat Kristiani Palestina telah mengumumkan pembatalan seluruh perayaan Natal, seperti tidak menyalakan pohon Natal untuk pertama kalinya dalam sejarah Palestina sejak Nakba 1948.
Israel terus menggempur Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober.
Teranyar, serangan udara Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 70 orang pada Malam Natal.
Serangan Israel yang dimulai beberapa jam sebelum tengah malam, terus berlanjut hingga hari Natal pada Senin, 25 Desember 2023. Penduduk lokal dan media Palestina mengatakan Israel meningkatkan serangan udara dan darat terhadap al-Bureij di Gaza tengah.
Dilansir AP News, setidaknya 70 orang tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan Maghazi di Gaza tengah, kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qidra, seraya menambahkan bahwa banyak di antara mereka adalah perempuan dan anak-anak.
Tentara Israel mengatakan pihaknya sedang meninjau laporan insiden Maghazi dan berkomitmen untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil.
Hamas membantah tuduhan Israel bahwa mereka beroperasi di daerah padat penduduk atau menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.