Komentari Cara Israel Perang Lawan Hamas, Eks Menhan Inggris Dicap Antisemit

Menteri Pertahanan (Menhan) Inggris Ben Wallace.
Sumber :
  • Tatler.com

London – Mantan Menteri Pertahanan Inggris dituduh antisemit oleh seorang pensiunan perwira militer Inggris dan editor Jewish Chronicle, setelah ia mengkritik pembunuhan massal warga sipil yang dilakukan Israel di Gaza.

Anggota parlemen dari Partai Konservatif dan mantan Menteri Pertahanan Ben Wallace, awalnya mengecam pemerintah Israel atas tindakan mematikan mereka di Gaza.

Wallace juga mengatakan bahwa jalur perang yang Israel lakukan saat ini berisiko meradikalisasi umat Islam di seluruh dunia.

Israel diketahui telah menargetkan rumah sakit, sekolah, bangunan tempat tinggal, dan tempat ibadah dalam perang brutalnya di Jalur Gaza, yang menewaskan hampir 20.000 warga Palestina dalam sepuluh minggu.

Namun, setelah melontarkan komentarnya, Wallace mendapati dirinya diserang oleh surat kabar Jewish Chronicle yang berbasis di London.

VIVA Militer: Persekusi tentara Israel terhadap warga sipil Palestina

Photo :
  • independent.co.uk

Menanggapi pendapat Wallace, Jewish Chronicle menerbitkan artikel opini dengan kata-kata tegas yang ditulis oleh mantan perwira militer Inggris dan komentator sayap kanan Richard Kemp.

Kemp adalah salah satu pendukung vokal pemerintah Israel, yang telah menghabiskan waktu bersama pasukan Israel di Gaza dan mengepalai UK Friends of the Association for the Wellbeing of Israel’s Soldiers, yang didanai oleh tentara Israel.

Sebelumnya, pendapat politisi Inggris itu ditulis dalam sebuah artikel yang berjudul ‘Taktik Netanyahu melemahkan Israel'.

Sayap Militer Hamas Umumkan Sandera Wanita Tewas akibat Serangan Israel

Dalam artikel tersebut, Wallace menguraikan dukungannya terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri, sesuai dengan pendirian pemerintah Inggris. Namun, dia juga menyebut kampanye militer Netanyahu terkesan tindakan yang kasar dan tidak pandang bulu.

“Apa yang saya katakan adalah Israel perlu menghentikan metode serangan yang kasar dan tidak pandang bulu ini.  Dan mereka perlu memerangi Hamas secara berbeda,” tulisnya, dikutip dari The New Arab, Kamis, 21 Desember 2023.

Israel Kembali Gempur Lebanon Selatan, Tewaskan 35 Orang dalam Sehari

Wallace kemudian membandingkan masalah ini dengan kampanye Inggris melawan IRA di Irlandia Utara dan menegaskan kembali dukungannya terhadap solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina.

“Duta Besar Israel dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada solusi dua negara. Dia salah. Pasti ada. Ini telah menjadi jawabannya sejak terbentuknya negara Israel modern,” katanya mengacu pada komentar duta besar Israel untuk Inggris, Tzipi Hotovely baru-baru ini.

Hasil Survei: 42 Persen Remaja Yahudi di AS Percaya Israel Lakukan Genosida di Gaza

VIVA Militer: Pasukan Intelijen Israel (Shin Bet)

Photo :
  • jns.org

“Mengejar Hamas adalah sah, melenyapkan sebagian besar wilayah Gaza juga bukanlah hal yang mustahil.  Menggunakan kekuatan proporsional adalah sah, namun hukuman kolektif dan pemindahan paksa warga sipil (merupakan tindakan yang) tidak sah,” ucap Wallace.

Berbeda pendapat dengan Wallace, Kemp menyerang politisi Inggris itu dengan mengatakan bahwa taktik Israel seperti (penghancuran) itu adalah satu-satunya cara untuk menghancurkan Hamas," ujar Kemp.

Dalam artikel terpisah untuk Jewish Chronicle, ia menuduh artikel anggota parlemen tersebut berisiko dan memicu kebencian antisemit.

Sepanjang perang di Gaza, Israel dan para pendukungnya sering menuduh para pengkritik taktik antisemitisme Israel yang sembarangan.

Pertukaran pikiran ini meluas ke platform  X, ketika Wallace menantang editor Jewish Chronicle, Jake Wallis Simons, untuk memberinya hak menjawab.

Sebagai tanggapan, Wallis Simons berkata: “Saya rasa tidak. Namun jangan ragu untuk menyampaikan pendapat Anda di sini, di Twitter.

“Apa yang membuat Anda takut? Dan mengapa mengkritik strategi IDF bersifat antisemit?," jawab Wallace 

Wallace, yang artikelnya mengisyaratkan kritik paling blak-blakan terhadap militer Israel dari politisi senior Inggris mana pun, menjabat sebagai menteri pertahanan Inggris selama empat tahun hingga mengundurkan diri awal tahun ini.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya