Jutaan Warga China Berusia 18-59 Tahun Masuk Daftar Hitam karena Gagal Bayar Pinjaman
- Pixabay
Beijing – Jutaan warga negara China masuk daftar hitam karena gagal bayar pinjaman kepada beberapa platform finansial di negara itu. Sebanyak 8,5 juta peminjam di China, atau sekitar 1 persen dari penduduk usia kerja masuk dalam daftar hitam Beijing karena gagal membayar utangnya.
Ironisnya, 8,54 juta peminjam yang masuk daftar hitam, sebagian besar berusia antara 18 hingga 59 tahun.
Dilansir dari Financial Times (FT), Selasa, 19 Desember 2023, fenomena dan tingginya angka peminjam gagal bayar utang di China, telah mencapai rekor tertinggi jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
FT melaporkan bahwa jumlah orang China yang mangkir telah melonjak sekitar 50 persen sejak awal pandemi, pada awal tahun 2020, yang saat itu jumlahnya baru 5,7 juta orang saja.
Melihat hal ini, Beijing melarang seluruh warga negaranya yang masuk daftar hitam untuk membeli tiket pesawat, melakukan pembayaran seluler menggunakan aplikasi seperti Alipay, bekerja untuk pemerintah, menggunakan jalan tol, dan melakukan banyak aktivitas lainnya.
Hampir sebagian besar perusahaan kartu kredit telah melaporkan lebih banyak kredit macet, dan penyitaan rumah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara bank milik pemerintah maupun swasta, juga mengalami fenomena serupa, dimana badai gagal bayar hutang, tengah menerpa mereka saat ini.
Contohnya, Bank of China, pada 1 September lalu telah melaporkan tunggakan kredit yang belum dibayar pada paruh pertama tahun 2023 berjumlah sekitar US$12,3 miliar atau setara dengan Rp190,7 triliun. Angka ini meningkat 3,54 persen dibandingkan tahun lalu.
Meningkatnya warga China yang gagal bayar pinjaman atau utang mereka, tentunya menjadi masalah besar baru bagi Beijing.
Epidemi gagal bayar utang warga negaranya saat ini, menambah lini kesengsaraan ekonomi terbaru di China, yang sedang menghadapi guncangan lanjutan dari pandemi COVID-19.
Bukan hanya itu saja, Tiongkok yang dikontrol langsung oleh Partai Komunis China ini, juga tengah dipusingkan dengan perlambatan pertumbuhan, kenaikan upah yang stagnan, krisis real estat, dan tingkat pengangguran kaum muda yang parah.