Inggris, Jepang, Italia Kerja Sama Program Pengembangan Jet Tempur
- Defense News
London –  Inggris, Jepang, dan Italia telah menandatangani perjanjian internasional untuk memulai program pengembangan jet tempur canggih, demikian diumumkan para menteri pertahanan, Kamis 14 Desember 2023.
Perjanjian tersebut, yang telah diliput Reuters bulan ini, disepakati setahun setelah ketiga negara memulai kolaborasi industri pertahanan besar pertama mereka dengan menyatukan upaya pengembangan jet tempur masa depan yang dijalankan London dan Tokyo.
Parlemen masing-masing negara harus meratifikasi perjanjian itu, yang bertujuan agar pesawat tempur sudah bisa terbang pada 2035. Fase pengembangan bersama dari program itu akan dimulai pada 2025.
Kantor pusat Program Tempur Udara Global (GCAP) bersama dan industri pelengkapnya akan berada di Inggris.
Sementara itu, direktur utama dari organisasi pemerintah itu akan berasal dari Jepang dan direktur pertama untuk organisasi bisnisnya akan berasal dari Italia, menurut pengumuman tersebut.
"Tidak ada negara yang dapat melakukan ini sendirian untuk level keahlian yang digabung dengan keterampilan dan peralatan kami, dengan desain dan kemampuan produksi," kata Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps.
"Seiring dengan kita menghadapi lingkungan keamanan yang kompleks sejak Perang Dunia II... mengamankan superioritas udara terus menjadi tantangan penting yang harus kita capai," kata Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara.
Kihara didampingi oleh Shapps dan Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto ketika menyampaikan pernyataan itu di Tokyo. Menhan Jepang itu tidak menyebut siapa yang akan memimpin perusahaan, tapi mengatakan bahwa ia akan memastikan "orang terbaik untuk tugas itu" yang akan dipilih.
Jet supersonik siluman itu akan memiliki radar yang menyediakan data 10.000 kali lipat lebih banyak dari sistem yang ada saat ini, kata pemerintah Inggris.
Sistem BAE Inggris, Leonardo dari Italia, pembuat rudal Eropa MBDA dan pabrik mesin Rolls-Royce terlibat dalam proyek tersebut.
Reuters telah melaporkan bahwa perusahaan Jepang Mitsubishi Heavy Industries, perusahaan manufaktur penerbangan Mitsubishi Electric Corp, dan pabrik mesin IHI Corp dan Avio Aero juga terlibat. (Ant/Antara)