20 Tetua Yahudi Demonstrasi Ikat Diri di Gerbang Gedung Putih, Desak Gencatan Senjata di Gaza
- Photo courtesy of Jewish Voice for Peace.
Washington – Pada 11 Desember 2023 lalu, hampir 20 tetua Yahudi mengikat diri mereka dengan rantai di gerbang Gedung Putih untuk memprotes dukungan Amerika Serikat (AS), terhadap perang Israel di Gaza. Mereka juga menuntut gencatan senjata, yang berujung pada penangkapan mereka.
Dilansi dari The New Arab, Rabu, 13 Desember 2023, kelompok perempuan Yahudi, semuanya berusia 60-80an tahun, melakukan perjalanan ke Washington, DC, dari berbagai wilayah di AS.
Mereka mengaku sebagai pro-gencatan senjata dan mendesak adanya perdamaian antara Israel dan Palestina. Setelah dirantai di pinggang ke gerbang, 18 wanita tersebut mengenakan kaus serasi yang menyerukan gencatan senjata.
"Para tetua Yahudi kepada Biden: Hentikan genosida. Gencatan senjata sekarang," demikian seruan yang mereka tulis.
Angka 18 diduga penting dalam bahasa Ibrani karena merupakan kata yang sama untuk kehidupan. Sambil duduk bersama dalam cuaca dingin, mereka menyanyikan lagu, dan membacakan dengan lantang nama-nama warga Gaza berusia di atas 60 tahun yang dibunuh Israel sejak 7 Oktober 2023.
Para pengunjuk rasa ingin memberikan penghormatan atas nyawa para lansia yang hilang dalam konflik dan untuk menunjukkan bahwa gerakan gencatan senjata, yang sebagian besar diliput di media sebagai gerakan yang didorong oleh kaum muda, yang juga melibatkan para lansia.
Setelah duduk dirantai di gerbang Gedung Putih selama lebih dari satu jam, para pengunjuk rasa ditangkap. Namun, mereka dibebaskan, kemungkinan besar sebagai pengakuan atas status mereka sebagai warga lanjut usia.
"Itu akan terlihat sangat buruk (jika tidak dibebaskan). Kita harus menggunakan apa yang kita miliki," kata Esther Farmer, wanita dramaturgi yang tinggal di New York.
"Kami di sini untuk mengatakan: Bukan atas nama kami. Kami tidak akan berhenti sampai mereka berhenti."
Dia kemudian menyinggung dengan mengatakan bahwa Holocaust membawa trauma bagi warga Yahudi.
"Bagi banyak orang Yahudi, sejarah Holocaust adalah trauma generasi. Hal ini juga berlaku bagi warga Palestina. Jika semua orang tidak aman, maka tidak ada yang aman."
Farmer, yang ayahnya lahir di Palestina sebelum berdirinya Israel dan ketika komunitas Yahudi kurang dari 10 persen, menggambarkan dirinya sebagai seorang Yahudi Palestina. Baginya, menemukan orang Yahudi anti-Zionis adalah cara untuk terhubung dengan warisan dan nilai-nilainya.
Penny Rosenwasser, yang juga merupakan salah satu pendiri Suara Yahudi Untuk Perdamaian (JVP), yang melakukan perjalanan ke California untuk melakukan protes, menggambarkan demonstrasi tersebut sebagai sesuatu yang menginspirasi.
Saat mereka membacakan nama para lansia yang meninggal dari Gaza, sambil mengucapkan, “Semoga kenangan mereka menjadi berkah,” dia merasa terharu saat mendengar orang yang lewat mengulangi kata-kata tersebut.
Kami datang ke negara ini menginginkan kehidupan yang lebih baik. Kami tidak ingin Israel melakukan (perang) ini atas nama orang Yahudi, katanya.