Mesir Gelar Pilpres Di tengah Gempuran Perang Israel-Hamas, Petahana Diyakini Menang Ke-3 Kalinya
- BBC.co.uk
VIVA Dunia – Warga Mesir baru saja melaksanakan pemilihan presiden pada akhir pekan ini.Â
Latar belakang perang Gaza di negara yang menghubungkan Afrika timur laut dengan Timur Tengah, membuat banyak masyarakat Mesir kurang menaruh perhatian pada kampanye pemilu yang terjadi di bawah bayang-bayang perang antara Israel dan Hamas di Gaza.Â
Konflik tersebut telah memonopoli perhatian media dan publik di seluruh dunia Arab. Acara bincang-bincang di Mesir, yang terkait erat dengan badan intelijen dan pendukung setia Sisi, berupaya menghubungkan kedua isu tersebut demi kepentingan petahanan.
Pemungutan suara dilakukan ketika pasukan darat Israel memperluas operasi mereka di Gaza selatan, memerintahkan warga Palestina untuk mengungsi dan menuju ke Pantai Mediterania atau lebih dekat ke perbatasan Mesir.Â
Meski begitu, diyakini, bahwa presiden yang kini berkuasa Abdel Fattah el-Sisi, akan kembali menang dalam pemilihan presiden kali ini.Â
Awalnya berkuasa setelah kudeta pada tahun 2013, ia telah memenangkan dua kali pemilu. El-Sissi kemungkinan akan memerintah negara Afrika timur laut tersebut hingga tahun 2030, setelah batas masa jabatannya disesuaikan dari empat menjadi enam tahun melalui amandemen konstitusi pada tahun 2019.Â
El-Sissi melawan tiga kandidat lainnya: Farid Zahran, ketua oposisi Partai Sosial Demokrat, Abdel-Sanad Yamama, ketua Partai Wafd yang liberal; dan Hazem Omar, ketua Partai Rakyat Republik.Â
Calon presiden muda yang ambisius, Ahmed Altantawy, keluar dari pencalonan setelah dia gagal mendapatkan tanda tangan yang diperlukan dari warga untuk mencalonkan diri. Dia menyalahkan kegagalannya pada pelecehan yang dilakukan badan keamanan terhadap staf kampanye dan pendukungnya.Â
Saat menjelang pemilu, papan reklame raksasa bergambar El-Sissi terlihat di seluruh ibu kota, Kairo, jauh lebih kecil dibandingkan tiga kandidat lainnya. Kelompok loyalis memandangnya sebagai jaminan stabilitas di tengah gejolak regional.
Seperti diketahui, Mesir berada di tengah krisis ekonomi, dengan sekitar 30% dari 105 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan, menurut angka resmi.Â
Sekitar 67 juta warga Mesir menjadi pemilih, menurut media Mesir. Hasil resmi akhir diperkirakan akan diumumkan pada 18 Desember.