Mengenal Druze, Suku Arab yang Lebih Pilih Gabung Tentara Israel Ketimbang Palestina
- I24 News
Israel – Sampai saat ini israel disebut sebagai negara yang banyak merekrut orang-orang Druze. Bukan hanya orang dewasa, anak muda pun turut mendaftarkan diri sebagai bagian dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Suku Druze nantinya ditempatkan di wilayah inti Israel.Â
Melansir dari laman Al Majalla, salah satu suku di Arab itu ditempatkan Israel di wilayah utara seperti Galilea, Karmel, dan dataran tinggi Golan. Namun, harus diketahui bahwa bergabungnya suku Druze dengan Israel berkaitan dengan peristiwa di masa lalu.Â
Para pemimpin Druze konon katanya sudah menandatangani Perjanjian Darah dengan Israel pada tahun 1956. Bermula dari perjanjian tersebut, kini sudah lebih dari 50 tahun Suku Druze menjalankan perjanjian tersebut dan tampaknya ribuan orang sudah bergabung dengan IDF.Â
Lantas, Siapa Suku Druze?
Suku Druze sendiri merupakan salah satu kelompok etnoreligius yang hidup di Timur Tengah, terutama di Suriah, Lebanon, Israel, dan Yordania. Mereka juga memiliki kepercayaan yang unik dan berbeda dengan agama-agama lain yang dianut di Timur Tengah.Â
Suku ini diketahui berasal dari Islam Syiah Ismailiyah yang berkembang sejak abad ke-10 Masehi. Mereka mengikuti ajaran Hamzah bin Ali bin Ahmad, seorang pemimpin agama dan politik yang sempat mengklaim bahwa dirinya adalah wakil Tuhan di Bumi.Â
Kitab Suci Suku Druze
Suku ini juga memiliki kitab suci yang dinamakan sebagai Rasail al-Hikmah (Surat-surat Kebijaksanaan) yang berisi tentang doktrin agama dan etika yang ditulis oleh Hamzah bin Ali dan murid-muridnya. Menariknya, kita ini bersifat rahasia untuk orang asing.Â
Hanya sekelompok kecil orang yang disebut uqqal (orang berakal) yang merupakan pemimpin rohani dan sosial suku Druze. Mereka memiliki kepercayaan yang sinkretis, yaitu menggabungkan unsur dari berbagai agama dan filsafat, seperti Islam, Kristen, Yahudi, Zoroaster, Buddha, Hindu, dan Yunani Kuno.
Konsep Keyakinan Suku Druze
Druze meyakini konsep reinkarnasi, di mana jiwa manusia diyakini akan berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain setelah kematian, bergantung pada perbuatan baik atau buruk yang dilakukan selama hidup. Mereka juga mengamini konsep taqiyya, strategi menyembunyikan identitas dan keyakinan untuk melindungi diri dari potensi ancaman dan diskriminasi.
Suku Druze memiliki identitas etnik dan budaya yang kokoh, dijaga dengan tekun melalui warisan tradisi turun-temurun. Wilayah tempat tinggal mereka sering kali berada di pegunungan yang sulit dijangkau, memberikan perlindungan dan otonomi yang mereka perlukan.
Bahasa mereka sendiri adalah dialek Arab yang khas, dipengaruhi oleh berbagai bahasa lain. Pakaian tradisional suku Druze mencakup jubah putih dan topi hitam bagi pria, sementara wanita mengenakan jilbab berwarna-warni. Hubungan suku Druze dengan negara-negara tempat mereka tinggal bersifat kompleks.Â
Mereka cenderung setia pada negara yang memberikan hak dan perlindungan, namun tetap menjaga jarak dan otonomi dari pemerintah pusat. Melihat latar belakang sejarah dan politik Timur Tengah, suku Druze memiliki peran signifikan karena seringkali terlibat dalam berbagai konflik di kawasan tersebut, baik sebagai sekutu maupun lawan dari berbagai pihak.