Perjuangan Aktivis Gaza Kembalikan Koneksi Internet Saat Perang Berkecamuk

Internet of Things (IoT).
Sumber :
  • Schneider Electric

Gaza – Saat perang berkecamuk di wilayah Gaza, Israel telah lama memutus aliran listrik dan internet di wilayah tersebut. Hal ini membuat kantong Palestina semakin tenggelam dari dunia.

Namun, seorang penulis sekaligus aktivis Mesir, Mirna El Helbawi, membawa angin segar bagi penduduk Gaza, di mana dia adalah seorang inisiator pendiri Connecting Gaza.

Conecting Gaza merupakan sebuah inisiatif akar rumput yang menggunakan eSIM atau kartu SIM virtual, untuk membantu warga Palestina mengatasi pemadaman telekomunikasi di tengah serangan udara Israel di seluruh wilayah tersebut.

Wartawan Ahmed Elmadhoun yang pertama yang menerima eSIM.

Photo :
  • CNN International.

El Helbawi, bersama dengan sekelompok kecil sukarelawan dan sejumlah donatur internasional, mengatakan mereka telah memulihkan koneksi telepon dan internet ke lebih dari 200.000 warga Palestina di Gaza, dan akan melanjutkan upaya tersebut sampai perang dahsyat antara Israel dan Hamas selesai.

“Hak atas akses telepon dan internet adalah hak asasi manusia yang sama pentingnya dengan makanan dan air,” kata El Helbawi, dikutip dari CNN Internasional, Rabu, 6 Desember 2023.

Tanpa kemampuan untuk berkomunikasi, warga sipil Palestina yang terjebak dalam garis tembak tidak dapat saling mengecek atau meminta bantuan, pekerja darurat dan medis juga tidak dapat mengoordinasikan tanggapan mereka, sementara para jurnalis tidak bisa mendokumentasikan kekejaman di lapangan, termasuk kemungkinan kejahatan perang.

“Setelah semua penderitaan ini, mereka bahkan tidak bisa berbagi kesedihan mereka dengan dunia atau berteriak agar masyarakat menuntut gencatan senjata.  Mereka harus menanggung pemboman, dan serangan dalam keheningan,” ujar El Helbawi.

“Ini seperti dibunuh ketika seseorang menutup mulut anda dengan tangan, jadi anda bahkan tidak bisa berteriak minta tolong.”

Warga Palestina mencari para korban di reruntuhan gedung di Gaza, yang hancur akibat serangan Israel.

Photo :
  • AP Photo/Mahmoud Abo Salamah.

El Helbawi, sama seperti jutaan warga lainnya, yang dengan cemas menyaksikan perang yang terjadi di Palestina sejak 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan berani ke Israel, dan menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 240 orang lainnya.

Sebagai tanggapan, Israel melancarkan serangan balasan dan menewaskan banyak warga Gaza. Mereka juga mengalami layanan telekomunikasi yang terganggu. Israel memutus aliran listrik ke wilayah tersebut dan penyedia layanan mengatakan pemboman itu menghancurkan infrastruktur jaringan penting.

Beberapa warga Palestina masih dapat melakukan panggilan telepon dan mengakses internet, namun koneksi terputus.

Selama berminggu-minggu, El Helbawi mengikuti berita tersebut dengan cermat.  Gambar dan video yang diposting di media sosial membuat hatinya patah, seluruh lingkungan di Gaza berubah menjadi puing-puing, dokter berjuang untuk merawat pasien tanpa obat, orang tua berduka atas kematian anak-anak mereka.

Kemudian, pada 27 Oktober, ketika Israel bersiap untuk memperluas operasi daratnya, Gaza terdiam.

“Kami dengan menyesal mengumumkan gangguan total terhadap semua layanan komunikasi dan internet di Jalur Gaza sehubungan dengan agresi yang sedang berlangsung,” kata Paltel, perusahaan telekomunikasi terkemuka di wilayah Palestina, dalam sebuah pernyataan.

Minta bantuan Elon Musk

Ini adalah pemadaman listrik pertama dari beberapa pemadaman listrik yang melanda Gaza. Khawatir bahwa pemadaman listrik dapat menutupi kejahatan perang, El Helbawi sibuk mencari solusi.

Pada awalnya, dia bergabung dengan orang lain di platform media sosial X, menyerukan agar Elon Musk mengirimkan layanan internet satelit Starlink ke Gaza, dan sangat bersemangat ketika Musk menyetujui hal itu.

Perbedaan Internet Dedicated dan Up To Shared Bandwidth | Saat ini jaringan internet sudah semakin luas tersedia untuk banyak orang.

Photo :
  • Unsplash

Namun, ketika pembicaraan mengenai rencana tersebut terhenti, El Helbawi memutuskan untuk mencoba cara lain. Atas saran seorang pengikut media sosial, dia membeli eSIM dengan layanan roaming, dan meminta temannya mencoba terhubung ke jaringan asing. Yang mengejutkannya, itu berhasil.

“Saya merasakannya di sekujur tubuh saya saat kami menyadari bahwa masih ada harapan, meskipun harapan itu sangat kecil, tapu kami menemukan solusi,” kata El Helbawi.

“Itu (seperti) cahaya di ujung terowongan yang sangat gelap.”

Dalam waktu 24 jam, dia memposting di X dan Instagram, dan meminta pengikutnya yang ingin membantu memulihkan telepon dan internet bagi warga Palestina untuk menyumbangkan eSIM dengan membelinya secara online dan mengirimkan kode QR kepadanya.

El Helbawi merasa yakin dia bisa menemukan orang-orang di Gaza yang memiliki layanan untuk mendistribusikan eSIM ke seluruh wilayah.

Ketika El Helbawi mulai melaksanakan rencananya, Ahmed Elmadhoun berada di Gaza berjuang untuk melaporkan perang tanpa layanan telepon atau internet.

Sebagai salah satu dari sedikit jurnalis yang ada di lapangan, Elmadhoun merasa berkewajiban untuk selalu memberi tahu dunia tentang berita terkini, dengan membagikan foto dan video setelah kejadian tersebut di media sosial.

“Ini adalah tanggung jawab yang besar,” kata Elmadhoun kepada CNN.

"Orang-orang di sini sekarat dalam diam, dan tidak ada yang bisa mendengarnya.  Kami adalah suara dari semua korban ini.”

Ia juga mengkhawatirkan keluarganya yang mengungsi di seluruh Gaza dan tidak dapat dihubungi. Lebih dari 40 kerabatnya tewas dalam serangan udara, kata Elmadhoun.

“Gaza sangat terisolasi, hanya ada rasa takut. Kami sendirian, sangat sendirian,” ucapnya.

“Kami tidak dapat menghubungi keluarga kami atau menanyakan tentang mereka, dan serangan udara sangat intens.  Bahkan ambulans dan tim darurat tidak dapat menentukan lokasi pengeboman atau menjangkau korban cedera.”

Connecting Gaza lahir

Internet of Things (IoT).

Photo :
  • Schneider Electric

Di tengah ketakutannya, Elmadhoun berhasil mengakses internet menggunakan kartu SIM Israel sebelum diblokir. Saat itu, dia memposting di X dan menanyakan soal eSIM. Beberapa menit kemudian, El Helbawi melihat pertanyaannya dan menjawab pertanyaan Elmadhoun.

El Helbawi dengan cepat memberi Elmadhoun kode QR eSIM dan membantu menghubungkannya kembali ke internet, dan menjadikannya orang pertama di Gaza yang mendapatkannya. Saat itulah Connecting Gaza lahir.

Berita tentang inisiatif ini dengan cepat menyebar di media sosial, dan orang-orang yang peduli dengan Palestina dari seluruh dunia membeli dan menyumbangkan eSIM.

Donatur telah mengirimkan kode QR dari Amerika Serikat, Swiss, Pakistan dan Belanda, kata El Helbawi.

Sebagian besar membelinya melalui aplikasi seluler seperti Simly dan Airalo, yang memungkinkan donatur melihat kapan eSIM diaktifkan dan menambahnya ketika dana hampir habis.

Graeme Bradley, seorang donatur dari Skotlandia, mengatakan ia tertarik pada inisiatif ini karena ini adalah cara mudah untuk memberikan dampak besar pada konflik yang mempertaruhkan banyak nyawa.

“Sungguh mengerikan melihat tingkat kehancuran dan kematian yang menimpa warga sipil tak berdosa yang tinggal di wilayah pendudukan yang tidak punya tempat tujuan,” kata Bradley.

“Tidak ada jalan keluar bagi mereka.”

Dengan membantu warga Palestina menceritakan kisah mereka, ia berharap mereka akan mampu mengubah opini publik dan menekan para pemimpin dunia untuk menyerukan gencatan senjata.

Namun, tidak semua orang yang mendapatkan eSIM berumur cukup panjang untuk menceritakan kisahnya.

Noha Elkomi, seorang donatur berusia 25 tahun dari Mesir, mengatakan bahwa dia dengan bersemangat melihat di aplikasinya ketika seorang warga Palestina mengaktifkan eSIM yang dia sumbangkan. Namun ketika tidak aktif, hatinya tenggelam.

Dia menceritakan kekhawatirannya kepada El Helbawi, yang mengatakan kepadanya, bahwa dirinya tidak pernah tahu apa yang terjadi di Palestina.

"Saya mengerti apa yang dia (El Helbawi) katakan. Mungkin orang pertama yang mengambil (eSIM) sudah pergi. Mungkin mereka terbunuh. Inilah kenyataannya, betapapun menyedihkannya. Setiap menit berarti, dan anda tidak tahu berapa lama mereka bertahan,” kata Elkomi.

eSIM hanya dapat diaktifkan satu kali, dan dapat menjadi tidak aktif tergantung di mana orang tersebut mencoba terhubung di Gaza. Jika mereka berpindah ke area yang sinyalnya lebih lemah, eSIM mungkin tidak berfungsi.

“Ini memberi saya sedikit harapan tetapi pada saat yang sama membuat saya mulai membayangkan, apa yang akan dialami orang tersebut? Dimana mereka sekarang?," tutur Elkomi.

"Saya mulai merasa seolah-olah saya mengenal mereka secara pribadi.”

Elkomi mengatakan eSIM pertama yang ia sumbangkan akhirnya kehilangan sinyal, namun ia tidak berhenti memberikan lebih banyak lagi.

Palestina Sebut Keanggotaan Penuhnya di PBB Jadi Kunci Stabilitas Timur Tengah

Beberapa hari kemudian, air mata mengalir dari mata Elkomi saat dia melihat eSIM keduanya online dan menghubungkan orang lain di Gaza.

Israel Mengadang Delegasi-Pasokan Medis ke RS di Gaza yang Krisis Air hingga Listrik

"Saya akan mengatakan bahwa apa pun yang menghalangi mereka, mereka (Palestina) akan menemukan cara untuk menyiasatinya atau memanjat ke atasnya atau menerobosnya dan terus berkembang dan inilah yang ingin mereka tunjukkan kepada dunia," kata Elkomi.

"Pemadaman listrik memang merupakan suatu kegelapan, tetapi akan selalu ada cahaya yang menyinari kegelapan.”

Diskon Listrik 50 Persen Awal 2025, YLKI: Dorong Daya Beli Masyarakat
Ilustrasi boikot.

Daftar Produk Boikot di Medsos Belum Tentu Benar! Pakar: Banyak PHK, Jangan Sampai yang Kena Saudara Sendiri

Gerakan boikot sengaja diviralkan untuk menekan perekonomian Israel agar berhenti menjajah tanah Palestina. Masyarakat dunia dari berbagai golongan larut dalam euforianya

img_title
VIVA.co.id
23 Desember 2024