Gelar Pertemuan, PM Benjamin Netanyahu Dimaki-maki Keluarga Sandera Israel
- Abir Sultan/Pool Photo via AP
Israel – PM Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini bertemu dengan keluarga para sandera yang sudah dibebaskan dan yang masih ditawan Hamas. Namun, pertemuan petinggi negara Israel dengan keluarga tawanan itu dipenuhi keributan dan amarah.
Melansir dari Al Arabiya, pertemuan Netanyahu dengan keluarga sandera dilaksanakan pada Selasa, 5 Desember 2023 kemarin. Pertemuan ini dilaksanakan saat pertempuran kembali berkecamuk di Gaza usai gencatan senjata tujuh hari berakhir.
Sampai saat ini, diperkirakan masih ada sekitar 138 orang yang masih disandera di Jalur Gaza, tapi potensi pembebasan mereka masih terbuka.
"Saya mendengar cerita yang membuat saya patah hati, saya mendengar rasa haus dan lapar, kekerasan fisik dan mental. Saya mendengar dan kamu juga mendengar, soal kekerasan seksual dan kasus pemerkosaan brutal yang tidak pernah terjadi sebelumnya," kata Benjamin Netanyahu.
Mendengar hal itu, sejumlah kerabat para sandera yang menghadiri pertemuan itu sangat kritis terhadap pemerintah Israel. Salah satunya adalah Dani Miran yang sampai saat ini putranya masih disandera Hamas bersama 240 warga Israel dan warga asing yang lain.
Dani Miran mengatakan bahwa dirinya menilai bahwa kecerdasannya dihina dalam pertemuan Benjamin Netanyahu dengan kerabat sandera tersebut. Pada akhirnya, Miran memilih untuk keluar di tengah-tengah pertemuan tersebut.
"Saya tidak akan menjelaskan secara rinci soal apa yang dibahas dalam pertemuan tersebut, namun keseluruhan kinerjanya buruk, menghina, berantakan," ungkap Miran kepada televisi lokal Israel, Channel 13.
Untuk diketahui, usai gencatan senjata selama tujuh hari berakhir, Israel tanpa henti kembali menggempur Gaza. Ratusan orang tercatat menjadi korban kekejaman Israel sejak gencatan senjata tersebut. Dari jumlah itu, banyak anak-anak yang menjadi korbannya.
Sementara itu, sampai saat ini lebih dari 16.200 warga Palestina telah terbunuh di Gaza oleh pasukan Israel sejak 7 Oktober dengan mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Sedangkan korban luka, Kementerian Kesehatan mencatat ada sekitar sekitar 42 ribu orang.