Erdogan: Netanyahu akan Diadili Sebagai Penjahat Perang, Penjagal Gaza
- middleeastmonitor.com
Istanbul – Presiden Turki Tayyip Erdogan, pada Senin 4 Desember 2023, mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada akhirnya akan diadili sebagai penjahat perang atas serangan Israel di Jalur Gaza. Ia juga mengecam negara-negara Barat yang mendukung Israel.
Turki, yang mendukung solusi dua-negara dalam konflik yang telah berlangsung puluhan tahun tersebut, telah mengkritik tajam Israel atas operasi mereka di Gaza, yang diluncurkan sebagai tanggapan atas amukan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober.
Lebih dari 15.500 orang telah terbunuh akibat serangan udara dan darat yang dilancarkan pasukan Israel, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Dalam pidatonya pada pertemuan komite Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Erdogan mengatakan negara-negara Barat yang mendukung Israel berarti memberikan "dukungan tanpa syarat untuk membunuhi bayi" serta terlibat dalam kejahatannya.
"Selain menjadi penjahat perang, Netanyahu, yang saat ini menjadi penjagal Gaza, akan diadili sebagai penjagal Gaza, sama seperti Milosevic yang sudah diadili," kata Erdogan.
Ia mengacu pernyataannya itu pada mantan Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic, yang diadili atas tuduhan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang di Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag.
"Mereka yang mencoba mengabaikan kematian orang-orang tak berdosa dengan dalih Hamas, tidak punya apa pun untuk dikatakan kepada umat manusia," katanya, sambil mengacu pada kekuatan Barat yang disebutnya "buta dan tuli".
Tidak seperti kebanyakan sekutu-sekutu Barat dan beberapa negara Teluk, Turki yang merupakan anggota NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) tidak memandang Hamas sebagai kelompok teroris, serta menjadi tempat tinggal bagi beberapa anggota kelompok itu.
Erdogan mengatakan kelompok kontak negara-negara Muslim, yang dibentuk oleh OKI dan Liga Arab bulan lalu untuk mengadakan pembicaraan mengenai Gaza dengan negara-negara Barat dan negara-negara lain, akan melanjutkan diskusi hingga pertempuran di Gaza dihentikan.
Namun, dia menambahkan bahwa masih banyak lagi langkah yang harus dilakukan.
"Kita harus benar-benar mengevaluasi Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dalam kerangka ini," katanya, sambil menambahkan persenjataan nuklir Israel tidak boleh dilupakan.
Erdogan, yang telah lama menyerukan agar Dewan Keamanan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) direformasi menjadi lebih inklusif, juga mengatakan bahwa PBB telah gagal terkait Gaza.
Presiden Turki itu juga menyerukan reformasi agar segera dilakukan. Ia mengulangi pernyataan bahwa lima anggota tetap Dewan Keamanan --Amerika Serikat, Rusia, China, Inggris, dan Prancis-- tidak mewakili dunia.
"Upaya tulus Sekretaris Jenderal (Antonio) Guterres disabotase oleh anggota Dewan Keamanan. Tidak seorang pun dari kita harus menerima sistem ini. Struktur seperti itu tidak mungkin membawa perdamaian atau harapan bagi umat manusia," ujarnya. (Ant/Antara)