Rindu Rumah, Warga Gaza Ingin Gencatan Senjata Permanen
- Abdelhakim Abu Riash/Al jazeera
Gaza – Warga Gaza di Palestina yang telah hidup dalam konflik berkepanjangan, kini merindukan kehidupan normal dengan harapan gencatan senjata yang berkelanjutan. Jeda empat hari yang diumumkan oleh Qatar memberi mereka nafas sejenak, tetapi juga menggarisbawahi penderitaan yang dialami oleh penduduk Gaza.
Gencatan senjata yang dimulai pada Jumat lalu telah membawa pembebasan tawanan sipil Israel oleh Hamas, serta pembebasan perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan oleh Israel. Meskipun langit Gaza menjadi tenang dari suara pesawat nirawak dan pesawat tempur Israel, gencatan senjata belum cukup meredakan trauma warga Gaza.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1,6 juta orang telah mengungsi dari rumah mereka, banyak di antaranya terpaksa melarikan diri ke selatan Jalur Gaza. Beberapa yang mencoba kembali ke utara selama gencatan senjata ditembak oleh penembak jitu Israel.
Noor Saadeh, seorang ibu dua anak yang diungsikan sebulan lalu, menyatakan bahwa gencatan senjata tidaklah cukup. Ia dan banyak warga lainnya ingin kembali ke rumah mereka, meskipun rumah itu hancur akibat bombardir. Mereka menginginkan gencatan senjata permanen yang memungkinkan mereka hidup normal kembali.
"Apa gunanya gencatan senjata jika kami tidak bisa kembali ke rumah kami?" kata Noor Saade yang dikutip dari Al Jazeera pada Selasa, 28 november 2023.
"Anak saya terus berkata dia kangen temannya di sekolah taman kanak-kanak. Kami ingin kembali kehidupan kami yang lama,” sambungnya.
Pentingnya gencatan senjata permanen juga ditekankan oleh warga lain seperti Ayman Harb, seorang ayah yang harus melarikan keluarganya setelah ancaman tentara Israel. Meskipun bom dan tank menghancurkan pusat perkotaan, impian Harb sederhana, yakni bisa kembali ke rumah.
"Iya, pemboman sudah berhenti, tapi kami butuh gencatan senjata yang akan mengembalikan kami ke rumah kami," kata Ayman.
"Jika tidak, tidak ada gunanya. Saya lebih baik kembali ke rumah saya dan mati di sana daripada tinggal di sini di tenda hidup dalam aib dan terpaksa bergantung pada orang lain untuk kebutuhan dasar hidup,” imbuhnya.
Jeda empat hari telah memberi warga Gaza istirahat dari suara serangan, tetapi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan dan memungkinkan mereka membangun kembali hidup mereka. Gencatan senjata permanen menjadi impian bagi mereka yang merindukan kehidupan normal di tanah mereka sendiri.