Serangan Udara Junta Myanmar Hantam Gedung Sekolah, 11 Tewas 8 Anak-anak

Lokasi Pemboman Oleh Junta Militer Myanmar
Sumber :
  • AP Photo/Kyunhala Activists

Myanmar – Serangan udara yang diduga dilakukan oleh militer Myanmar menewaskan 11 warga sipil, termasuk delapan anak-anak, di sebuah desa di negara bagian Chin. Dua jet tempur militer Myanmar mengebom desa tersebut pada Rabu, 15 November 2023, pukul 19.30 waktu setempat.

Rusia Sebut Semua Pihak yang Terlibat Pembunuhan Jenderal Kirilov di Moskow Akan Dihukum

Serangan itu menewaskan enam anak laki-laki dan dua anak perempuan berusia antara 5 dan 12 tahun, bersama dengan guru mereka dan dua penduduk desa, kata pihak berwenang di kotapraja Matupi di Negara Bagian Chin.

Penduduk desa mengatakan bom dijatuhkan oleh dua jet militer terhadap bangunan di wilayah pegunungan Vuilu yang memiliki kurang dari 80 kepala keluarga.

Pejabat AS: Ratusan Tentara Korea Utara Tewas Saat Bertempur Melawan Ukraina

Dilansir dari Independent, Senin, 20 November 2023, sebuah gereja dan 18 rumah di desa tersebut juga dilaporkan rusak. "Salah satu bom jatuh di gedung tempat anak-anak belajar, dan menewaskan delapan anak," menurut laporan AP.

Tentara Myanmar

Photo :
  • Radio Free Asia
10 Ide Usaha di Desa Sepi yang Menguntungkan, Cocok Jadi Hidden Gem!

Myanmar telah terlibat dalam perang saudara berdarah sejak Februari, di mana junta menumpas pemberontak dengan kekerasan dan penahanan sewenang-wenang.

Negara Bagian Chin adalah pusat perjuangan bersenjata melawan kekuasaan junta militer, sejak pengambilalihan tentara Myanmar.

Masyarakat di wilayah itu juga termasuk yang pertama mengangkat senjata melawan junta setelah kudeta pada tahun 2021. Militer Myanmar terus berperang melawan gerilyawan Pasukan Pertahanan Chin di dekat perbatasan negara itu dengan India.

Namun, aliansi pasukan pemberontak bergandengan tangan dan melancarkan serangan di wilayah yang dikuasai junta di perbatasan dengan Tiongkok di Negara Bagian Shan bulan lalu dan telah merebut lebih dari 100 pos militer.

Lebih dari 50.000 warga sipil telah mengungsi dalam dua minggu sejak serangan dimulai, menurut PBB.

“Jalan-jalan penting terhambat oleh pos pemeriksaan yang dioperasikan oleh kedua belah pihak, sementara layanan telepon dan Internet terganggu. Bandara utama di Lashio, kota terbesar di wilayah tersebut, telah ditutup sejak pertempuran meningkat,” kata PBB dalam sebuah pernyataan.

Presiden Junta Myint Swe pekan lalu juga memperingatkan bahwa negara tersebut akan terpecah menjadi beberapa bagian jika situasinya tidak dapat diatasi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya