Cerita Mencekam Saksi Mata Pengungsi di RS Al-Shifa Gaza, Jadi Sasaran Tank Israel
- Samantha Maurin/MSF
Palestina – Situasi di RS Al-Shifa di Gaza barat saat ini tengah mencekam dan bahkan lebih menantang ketimbang maut karena tidak tersedia kebutuhan minimal untuk menunjang kehidupan. Kabar tersebut diungkapkan oleh salah seorang pengungsi Gaza.
"Saya mengungsi di RS Al-Shifa sekitar sejam lalu, dan kami tiga kali menjadi sasaran tank-tank Israel, yang menyebabkan korban jiwa," kata Joudat Al-Madhoun kepada Anadolu yang dilansir pada Rabu, 15 November 2023.
"Tak ada kehidupan, tak ada air, tak ada listrik. Kami bertahan dengan beberapa kantung tepung yang ditinggalkan mereka yang pergi sebelum kami," lanjut Madhoun.
Madhoun bahkan harus berpuasa dan menahan lapar selama 24 jam lamanya. Ia baru makan setelah mendapatkan bantuan dan yang hanya bisa dimakan oleh dirinya hanyalah kurma.
“Ini situasi yang dirasakan semua yang mengungsi di dalam rumah sakit itu, dan makanan yang ada (saat ini ) hanyalah kurma," ungkapnya dia.
Madhoun juga mengatakan bahwa aliran listrik sudah terputus total selama dua hari. Hanya di bagian darurat yang dialiri listrik untuk sesekali. Bagian ginjal sudah tak berfungsi sehingga 20 persen penyakit ginjal berisiko meninggal dunia jika tak segera menjalani dialisis.
"Setiap orang yang membutuhkan oksigen atau operasi kritis akan menghadapi risiko besar, karena tiadanya sumber pertolongan pertama di rumah sakit itu," kata Madhoun.
Dia juga menyatakan bahwa bayi-bayi prematur menghadapi situasi yang mengancam nyawa. Para staf harus memberikan pernapasan manual karena mesin berhenti bekerja sehingga dua bayi malang harus meninggal dunia.
Pengungsi Gaza tersebut juga mengatakan bahwa jumlah orang yang sudah mengungsi di bagian dia tinggal berkisar antara 700-800 orang. Semuanya mengalami kesulitan yang sama seperti dirinya.
"Ada sekitar 100 jenazah, yang sebagian besar pengungsi, di halaman rumah sakit dan selama tiga hari terakhir, kami berkoordinasi dengan Palang Merah untuk menguburkan mereka di halaman rumah sakit itu," kata Madhoun.
"Namun, kawasan tersebut berbahaya, dan tugas ini tampaknya mustahil. Militer Israel membidik ambulans yang lewat, dengan menggunakan bom gas dan asap serta tembakan dari penembak jitu, sampai-sampai kami terpaksa membagikan masker kepada mereka yang ada di sana," lanjut dia.