Cari Simpati, Israel Buat Film Dokumenter Mengerikan yang Bahas Kejadian 7 Oktober
- The Los Angeles Time
VIVA Dunia – Pada hari Rabu, 8 November Museum of Tolerance di Los Angeles, AS mengadakan pemutaran film secara tertutup mengenai serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, yang memicu perang hingga kini.
Film tersebut berjudul Bearing Witness to the October 7th Massacre.
Film berdurasi 43 menit ini mengumpulkan cuplikan mentah yang menunjukkan tindakan kekerasan yang dilakukan militan Hamas terhadap warga sipil Israel dalam serangan mendadak bulan lalu. Saat film diputar, ketegangan berkobar di luar museum, di mana, seperti terekam dalam rekaman video yang diposting di media sosial, polisi Los Angeles turun tangan untuk memisahkan kelompok demonstran pro-Palestina dan pro-Israel yang bentrok.
Pemutaran film yang disebut warga pro-Palestina sebagai propaganda tersebut juga dihadiri oleh artis Israel dan mantan IDF, Gal Gadot.
Bearing Witness digambarkan sebagai video yang “kasar dan meresahkan,” dan berisi video tanpa filter mengenai serangan militan Hamas terhadap warga sipil Israel pada 7 Oktober, yang menyerang dari Jalur Gaza hingga wilayah perbatasan Israel.
Klip-klip tersebut, yang dikumpulkan oleh unit Pasukan Pertahanan Israel, diambil dari "kamera tubuh dan ponsel" serta "kamera dasbor" dan "kamera keamanan" dari para korban Israel, militan Hamas, dan petugas tanggap darurat, menurut Hollywood Reporter, dilansir Jumat, 10 Oktober 2023.
Menurut Atlantic, versi sebelumnya dari film tersebut diputar oleh IDF di pangkalan militer di utara Tel Aviv. Seperti yang dijelaskan oleh mereka yang pernah menonton film tersebut, Bearing Witness menampilkan adegan keluarga Israel yang disiksa dan dibunuh, dengan beberapa gambar tubuh yang dimutilasi dan mayat berdarah, termasuk anak-anak mati yang wajahnya diburamkan.
The Hollywood Reporter mengatakan film tersebut diakhiri dengan “video mengerikan setelah” pembantaian di festival musik Israel Supernova, yang menewaskan 260 orang.
Sejak 7 Oktober, lebih dari 1.400 warga Israel telah terbunuh dan lebih dari 200 orang disandera, sementara setidaknya 10.000 warga Palestina telah terbunuh dan lebih dari 1.000 orang dikhawatirkan hilang di bawah reruntuhan, menyusul serangkaian serangan udara Israel.
Pada bulan Oktober, rencana dibuat untuk mengadakan pemutaran film tersebut di Hollywood dan di New York City. Pertunjukan Hollywood berlangsung 8 November di dalam Teater Peltz di Museum Toleransi. Selama pemutaran film, 'beberapa lusin pengunjuk rasa', baik yang pro maupun anti-Israel, berkumpul di luar teater, menurut Hollywood Reporter.
Demonstran pro-Palestina menuduh teater tersebut mendukung genosida dengan menayangkan film tersebut, sementara kontingen pro-Israel menarik perhatian pada lebih dari 200 sandera Israel serta gelombang baru antisemitisme di seluruh dunia.
Beberapa demonstran membawa poster bertuliskan: “Anti-Zionisme ≠ Antisemitisme” dan “Museum Toleransi menayangkan film pro-genosida” dan “Bebaskan Palestina,” menurut Rolling Stone. Salah satu demonstran yang membawa pengeras suara meneriakkan, “Bawa mereka pulang,” mengacu pada para sandera.
Seperti dilansir Los Angeles Times, pemutaran film tersebut dihadiri oleh sekitar 150 orang, termasuk duta besar Israel untuk PBB Gilad Erdan, CEO Mattel Israel-Amerika, Ynon Kreiz Produser nominasi Oscar Lawrence Bender, dan pembuat film Guy Nattiv.
Sebelum film tersebut diputar, Erdan berbicara di podium: “Video ini akan mengubah cara Anda memandang Timur Tengah,” katanya. Dia kemudian menyebut Hamas sebagai “kejahatan belaka,” memperingatkan bahwa “Barat adalah pihak berikutnya” yang akan menghadapi teror jihadis. Pembicara lainnya termasuk Rabbi Marvin Hier, pendiri Simon Wiesenthal Center dan Museum Toleransi, yang dilaporkan menyebut Hamas sebagai “Nazi abad ke-21.”