Pemimpin Hamas Mau Perang Permanen Lawan Israel, Begini Misinya
- mirror.co.uk
Palestina – Pemimpin tinggi Hamas mengatakan bahwa pihaknya sudah tidak memiliki kemauan untuk memerintah Jalur Gaza. Mereka juga enggan memperbaiki kehidupan 2 juta masyarakat di sana yang sebagian besar dari mereka hidup dalam garis kemiskinan yang parah.
Namun, mereka malah ingin terlibat dalam perang permanen dengan Israel guna menopang perjuangan Palestina yang sampai saat ini masih dikuasai. Hal ini diungkap oleh Khalil al-Hayya, anggota badan pimpinan tertinggi Hamas saat wawancara dengan New York Times.
Al-Hayya membela serangan mengejutkan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober lalu sehingga memicu peperangan dari militer Israel. Ia mengatakan bahwa misi perang dengan Israel saat ini adalah mengangkat masalah Palestina yang mulai dilupakan dunia internasional.
“Kami berhasil membawa kembali masalah Palestina ke meja perundingan, dan sekarang tidak ada seorang pun di kawasan ini yang merasa tenang,” papar Khalil al-Hayya, yang berbicara langsung dari Qatar.
Meski demikian, dalam laporan New York Times beberapa waktu lalu, para petinggi Hamas juga menyatakan sedikit keinginannya untuk memerintah Jalur Gaza atau bahkan menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh jutaan masyarakat di sana, seperti air, listrik, dan sejenisnya.
“Saya berharap keadaan perang dengan Israel akan menjadi permanen di seluruh perbatasan dan dunia Arab akan mendukung kami. Hamas, Qassam, dan kelompok perlawanan membangunkan dunia dari tidur nyenyaknya dan menunjukkan bahwa masalah ini harus tetap didiskusikan,” kata Taher El-Nounou, penasihat media Hamas.
“Pertempuran ini bukan karena kami menginginkan bahan bakar atau pekerja. Pertempuran ini tidak bertujuan untuk memperbaiki situasi di Gaza. Pertempuran ini bertujuan untuk menggulingkan situasi sepenuhnya,” tambah Taher.
Seperti diketahui, peperangan di Jalur Gaza saat ini berawal dari serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu hingga 1.400 orang tewas dan ratusan lainnya ditawan. Israel langsung merespons dan memulai peperangan ke wilayah Jalur Gaza.
Sampai saat ini, korban jiwa di Palestina sudah lebih dari 10.300 jiwa dengan mayoritas dari korban tersebut adalah anak-anak dan perempuan. Para pejabat Israel juga menolak gencatan senjata hingga para sandera yang diculik Hamas dibebaskan.