Starbucks Marah dan Tuntut Serikat Pekerjanya karena Bela Palestina

Starbucks Workers United
Sumber :
  • CTV News

VIVA Dunia – Toko kopi franchise Starbucks menggugat serikat pekerja karena mengorganisir para pekerjanya mendukung Palestina pada pekan lalu. Starbucks Workers United membuat postingan media sosial pro-Palestina di akun serikat pekerja di awal perang Israel-Hamas, yang membuat marah ratusan pelanggan dan merusak reputasi perusahaan. 

Serangan Drone Israel Hantam Generator Listrik Lumpuhkan RS Kamal Adwan Gaza

Starbucks menggugat dengan pelanggaran merek dagang, menuntut Workers United berhenti menggunakan nama Starbucks Workers United untuk cabang yang mengorganisir para pekerja perusahaan kopi tersebut.

Starbucks juga ingin serikat itu berhenti menggunakan logo melingkar berwarna hijau yang menyerupai logo Starbucks. 

7 Operasi Senyap Israel, Hancurkan Petinggi Hamas dan Sekutu

Kopi Starbucks

Photo :
  • anmacaday.blogspot.com

Pada tanggal 9 Oktober, dua hari setelah Hamas menyerang Israel selatan, Serikat Pekerja Starbucks memposting “Solidaritas dengan Palestina!” di X, (sebelumnya Twitter). 

Paus Fransiskus: Saya Memikirkan Gaza ... Betapa Kejamnya

Workers United, afiliasi dari Service Employees International Union yang berbasis di Philadelphia, mengatakan bahwa postingan tersebut muncul tidak lebih dari 40 menit sebelum dihapus. 

Namun postingan dan retweet dari cabang lokal Starbucks Workers United yang mendukung warga Palestina dan mengecam Israel masih terlihat pada Rabu pekan lalu di X, dan banyak dikomentar oleh para pengguna, yang suaranya terbagi dua. 

Starbucks yang berbasis di Seattle mengajukan gugatannya ke Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Selatan Iowa, dengan menyatakan bahwa Serikat Pekerja Starbucks di Iowa City termasuk di antara mereka yang mengunggah pesan-pesan pro-Palestina. 

Dalam surat yang dikirim ke Workers United pada 13 Oktober, Starbucks meminta serikat pekerja tersebut berhenti menggunakan nama dan logo serupa. Dalam tanggapannya, Workers United mengatakan, akun Starbucks Workers United di X dengan jelas mengidentifikasinya sebagai serikat pekerja. 

“Starbucks berupaya mengeksploitasi tragedi yang sedang berlangsung di Timur Tengah untuk mendukung kampanye anti-serikat pekerja,” tulis Presiden Serikat Pekerja Lynne Fox dalam suratnya kepada Starbucks, melansir Japan Today, Jumat, 3 November 2023. 

Starbucks mengatakan mereka menerima lebih dari 1.000 keluhan mengenai postingan serikat pekerja tersebut. Raksasa kopi yang memiliki toko di seluruh dunia ini mengatakan para pekerjanya harus menghadapi pelanggan yang bermusuhan dan menerima panggilan telepon yang mengancam. 

Para pengacau menggambar bentuk Bintang Daud dan swastika di jendela toko Starbucks Rhode Island. 

Tak hanya serikat pekerja, beberapa anggota parlemen, termasuk Senator Republik Rick Scott dari Florida, menyerukan boikot terhadap Starbucks. “Jika Anda pergi ke Starbucks, Anda mendukung pembunuhan terhadap orang-orang Yahudi,” kata anggota Partai Republik di negara bagian Florida, Randy Fine, dalam tweetnya pada 11 Oktober. 

Pernyataan resmi Starbucks mengenai perang tersebut telah menyatakan simpati terhadap para korban tak berdosa di Israel dan Gaza. “Starbucks dengan tegas mengutuk tindakan kebencian, terorisme, dan kekerasan,” Wakil Presiden Eksekutif Starbucks Sara Kelly menulis dalam suratnya kepada karyawannya minggu lalu.

Namun induk perusahaan Starbucks, SEIU, mengatakan bahwa mereka memiliki banyak anggota yang memiliki keluarga dari kedua belah pihak yang berkonflik, dan percaya “semua warga Israel dan Palestina berhak mendapatkan keamanan, kebebasan dari kekerasan, dan kesempatan untuk berkembang.” 

Starbucks Workers United

Photo :
  • CTV News

Starbucks Workers United telah beroperasi dengan nama tersebut sejak Agustus 2021, beberapa bulan sebelum mereka menyatukan toko Starbucks pertamanya di Buffalo, New York. 

Sejak itu, setidaknya 366 Starbucks di AS telah memilih untuk membentuk serikat pekerja. 

Kampanye ini membantu memicu gelombang protes buruh yang juga dilakukan oleh para pekerja di Amazon, penulis naskah dan aktor Hollywood, serta pekerja otomotif. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya