Negara Ini Hapus Nama Israel dari Petanya
- Atalayar
Beijing – Ketika perang Israel-Hamas, yang memakan korban warga tak bersalah di Palestina semakin intensif, China dilaporkan telah menghapus Israel dari peta online mereka.
Hal ini pertama kali dilaporkan oleh Wall Street Journal pada hari Senin awal pekan, melaporkan bahwa perusahaan-perusahaan terkemuka China, seperti Baidu dan Alibaba tidak lagi menyebut nama Israel di dalam peta mereka, dan hanya tertulis Yerussalem.
Sesuai laporan, peta digital di Baidu menunjukkan demarkasi antara Israel dan wilayah Palestina tetapi tidak mengidentifikasi nama negara tersebut. Laporan tersebut menambahkan bahwa hal yang sama juga terlihat pada peta Alibaba, di mana ''bahkan negara-negara kecil seperti Luksemburg pun ditandai dengan jelas,” dilansir Kamis, 2 November 2023.
Beberapa pengguna internet di China dan bahkan global memperhatikan kelalaian yang tidak biasa ini, yang kini menjadi topik hangat diskusi di negara tersebut.
Alibaba dan Baidu hingga kini belum memberikan penjelasan resmi atas perubahan ini.
Sejak awal perang di Gaza, China memang telah mendukung gencatan senjata untuk menghindari “eskalasi lebih lanjut” dan banyaknya korban sipul, khususnya para wanita dan anak.
Namun, pekan lalu, China mengakui bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri melawan Hamas setelah dikritik atas pendiriannya dalam perang tersebut. Sebelumnya, Presiden China Xi Jinping menyerukan gencatan senjata segera dan menawarkan untuk berkoordinasi dengan Mesir dan negara-negara Arab lainnya "untuk mendorong solusi komprehensif, adil dan langgeng terhadap masalah Palestina sesegera mungkin."
“China bersedia menjaga komunikasi dan koordinasi dengan Mesir, mendorong kedua pihak yang berkonflik untuk melakukan gencatan senjata dan menghentikan kekerasan sesegera mungkin,” kata utusan China untuk Timur Tengah, Zhai Jun.
Ia juga mendesak “Agar komunitas internasional untuk membentuk kekuatan gabungan dan memberikan dukungan kemanusiaan kepada rakyat Palestina”.
Ribuan orang telah terbunuh sejak serangan mengejutkan Hamas, yang merupakan serangan paling mematikan terhadap Israel dalam 75 tahun sejarahnya, pada 7 Oktober lalu. Sementara itu, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memperluas operasi darat di Gaza dan mengesampingkan gencatan senjata. Dia mengatakan gencatan senjata tidak akan terjadi karena itu berarti menyerah kepada Hamas. AS, sekutunya, juga keberatan dengan gencatan senjata.
Pasukan Israel membunuh beberapa anggota Hamas dan menargetkan terowongan bawah tanah mereka selama operasi darat di Gaza kemarin, kata militer dalam berita terbaru mereka mengenai perang mereka melawan kelompok Palestina. Setidaknya 230 sandera masih disandera di Jalur Gaza.