Konflik Makin Panas, Setelah AS Kini China Kirim Kapal Perangnya ke Timur Tengah
- thediplomat.com
Timur Tengah – Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) telah mengerahkan enam kapal perang di Timur Tengah, setelah meningkatnya ketegangan di wilayah itu.
Kapal perang ini, termasuk Zibo, kapal perusak berpeluru kendali Tipe 052D, fregat Jingzhou, dan kapal pasokan terintegrasi Qiandaohu. Pengerahan ini merupakan bagian dari gugus tugas pengawalan angkatan laut ke-44 PLA.
Pada 14 Oktober 2023, kapal perang ini meninggalkan pantai Muscat menuju tujuan yang dirahasiakan.
Kehadiran angkatan laut ini menandakan beroperasinya enam kapal Tiongkok di perairan Timur Tengah di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) juga telah mengerahkan USS Gerald R Ford, kapal induk tercanggihnya, dan kapal tempurnya ke kawasan Asia Barat sebagai respons terhadap situasi tersebut. Selain itu, beberapa negara, termasuk Inggris, Jerman, dan Prancis, telah mengirimkan pesawat militer atau sipil untuk mengevakuasi warga negaranya dari Israel.
Meskipun Tiongkok belum mengumumkan rencana evakuasi, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyarankan warga Tiongkok untuk meninggalkan daerah tersebut sesegera mungkin menggunakan penerbangan komersial.
Dilansir dari The Times of India, Rabu, 1 November 2023, dalam situasi sebelumnya, Tiongkok juga telah menggunakan kapal perang pengawal yang serupa dengan yang saat ini berada di wilayah tersebut untuk melakukan evakuasi.
Pada Mei lalu, Tiongkok mengirimkan kapal pasokan dan kapal perusak Tipe 052D untuk mengevakuasi lebih dari 1.000 warga Tiongkok, Brasil, dan Pakistan dari wilayah yang terkena dampak konflik bersenjata. Pada 2015, kapal perang Tiongkok juga berperan dalam mengevakuasi 225 orang asing dan hampir 600 warga negara Tiongkok dari Yaman.
Pada 19 Oktober, Presiden Tiongkok Xi Jinping menegaskan kembali posisi lama Beijing yang mendukung pembentukan negara berdaulat Palestina, seperti yang dilaporkan oleh media pemerintah.
Ia menekankan bahwa pendekatan ini mewakili cara mendasar untuk menyelesaikan konflik yang sedang berlangsung di kawasan.
“Prioritas utama saat ini adalah gencatan senjata sesegera mungkin, untuk menghindari konflik meluas atau bahkan tidak terkendali dan menyebabkan krisis kemanusiaan yang serius,” pungkas Xi.