IMF Peringatkan Afrika Tentang Kemungkinan Penurunan Ekonomi Akibat China
- ANTARA
Beijing – Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan negara-negara Afrika tentang kemungkinan penurunan ekonomi regional dan dampak buruk yang mungkin ditimbulkan oleh perlambatan ekonomi China.
Afrika dan China memang telah menjalin hubungan ekonomi selama 20 tahun terakhir, menjadikan raksasa Asia ini sebagai mitra dagang terbesar di benua itu.
Afrika mengekspor logam, mineral, dan bahan bakar ke Beijing, sementara China mengimpor barang-barang manufaktur dan mesin dari negara tersebut.
Dilansir dari Voice of Amerika (VOA), IMF mengatakan kemitraan ini terancam oleh perlambatan ekonomi China, populasi yang kian merosot, ketegangan perdagangan, geopolitik, dan dampak pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.
Pengusaha yang berbasis di Kenya, Adan Ibrahim, yang mengimpor suku cadang kendaraan dari Beijing, mengatakan sulit mengakses perusahaan Beijing karena peraturan COVID-19, termasuk pembatasan visa yang memungkinkan relatif sedikit orang yang masuk ke negara tersebut setiap bulannya.
“Sampai saat ini belum dibuka kembali dengan baik. Dalam hal pergerakan orang di dalam negeri, mereka (China) bahkan membatasinya. Saat bepergian ke Tiongkok, anda harus melakukan pemeriksaan serius terhadap masalah kesehatan," ujar Ibrahim.
Lebih lanjut, Ibrahim menuturkan bahwa ketika China beralih dari pengendalian COVID-19, harga barang-barang meningkat dan barang-barang tersebut tidak terjual.
“Barang-barang yang biasa kita beli dengan harga yang relatif murah sebelum adanya COVID, kini naik tiga kali lipat dari harga yang kita beli saat ini,” tuturnya.
Padahal, pada Desember 2022, Beijing sebenarnya telah mencabut status pandemi Covid-19 di negaranya, yang sejatinya mengembalikan kembali pergerakan barang dengan mudah.
Seorang Dosen Ekonomi Internasional, Gerrishon Ikiara, mengatakan, permasalahan ekonomi yang dihadapi Tiongkok dan negara-negara Afrika mempengaruhi hubungan dagang mereka.
“Ketika perekonomian Afrika terdampak kekeringan atau masalah lain yang mungkin berdampak pada berbagai sektor, dampak negatifnya akan terasa di Tiongkok. Dan sebaliknya, jika masalah terjadi di Tiongkok, dampak negatifnya akan terasa di Afrika,” ucap Gerrishon Ikiara.
“Jadi, penting bagi perekonomian Tiongkok dan Afrika untuk bekerja dengan baik guna menciptakan hubungan perdagangan yang lebih sehat,” lanjutnya.
Pemulihan ekonomi Tiongkok dari pandemi ini melambat dalam beberapa bulan terakhir karena lesunya pasar properti dan lemahnya belanja konsumen.
Data perdagangan Tiongkok menunjukkan bahwa ekspor dan impor terus menurun seiring dengan berkurangnya permintaan terhadap barang-barang Tiongkok. Ikiara mengatakan Afrika perlu mencari mitra dagang baru untuk mengembangkan perekonomiannya.
“Jika perekonomian Tiongkok melambat, Afrika perlu mendiversifikasi mitra dagangnya dan mendiversifikasi impor atau ekspor ke Asia, wilayah lain di Afrika, Amerika Latin, dan Amerika Serikat. Jika ada masalah dengan ekspor kami ke Tiongkok, kami perlu mencari pasar baru.” Jelas Gerrishon Ikiara
IMF juga mendesak pemerintah-pemerintah di Afrika untuk mendiversifikasi perekonomian mereka, meningkatkan integrasi perdagangan regional dan menciptakan lingkungan bisnis yang menguntungkan sehingga perusahaan-perusahaan lokal dan internasional dapat berkembang.