Terungkap Alasan Negara-Negara Arab Enggan Bantu Palestina Lawan Israel
- timesofisrael.com
Palestina – Konflik yang terjadi antara Palestina dan Israel masih belum selesai. Sampai saat ini masih banyak warga sipil Palestina yang harus merasakan kekejaman dan diskriminasi dari Israel. Konflik kedua negara ini dimulai sejak akhir abad ke-19 silam.
Namun, Israel berhasil membangun negara dan mencaplok wilayah Palestina melalui Perang Enam Hari yang berlangsung pada 5-10 Juni 1967 silam. Perang Enam Hari ini adalah perang antara Israel dengan tiga negara Arab tetangganya yaitu, Mesir, Yordania, dan Suriah.
Perang tersebut adalah perebutan wilayah dan teritori. Melalui perang ini, Israel berhasil merebut Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir. Israel juga merebut wilayah Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
Namun, selama ini konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina dinilai bahwa akar masalahnya adalah agama. Jika betul, mengapa negara-negara Arab yang mayoritas menganut agama Islam terkesan tidak melakukan perlawanan terhadap Israel?
Jawaban atas pertanyaan itu cukup beragam. Negara Arab sendiri diketahui belum bisa bersatu dan terbagi dalam beberapa bagian sehingga tak muncul kesepakatan konkrit untuk membantu Palestina dalam menghadapi serangan Israel belakangan ini.
Sebagian negara Arab menilai bahwa serangan kepada Israel untuk membantu Palestina akan memperburuk keadaan saat ini. Namun, ada alasan lain yang simpang siur yaitu takut akan kekuatan sekutu Israel, yaitu Amerika Serikat.
“Saya belum melihat negara Arab mana pun yang tidak menyatakan dukungan untuk Palestina pada tingkat retoris, dan akan sangat sulit bagi mereka untuk mengatakan sebaliknya. Tapi apa yang mereka lakukan sangat berbeda," kata H.A. Hellyer, seorang sarjana politik Timur Tengah di Carnegie Endowment di Washington melansir New York Times.
Diketahui, negara-negara Arab mulai menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel sejak beberapa tahun belakangan. Pada 2020, Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) mulai membuka hubungan dengan Israel dan bahkan muncul isu bahwa Arab Saudi akan melakukan hal sama.
Di sisi lain, negara-negara tetangga Palestina-Israel seperti Mesir dan Yordania telah memberikan penolakan untuk menampung para pengungsi. Mereka beralasan bahwa migrasi warga Palestina ke Mesir hanya bisa merusak perdamaian dunia.
Respons yang sama juga datang dari pemimpin Yordania, Raja Abdullah II dengan mengatakan bahwa tidak ada pengungsi di Yordania dan Mesir. Ia memperingatkan untuk mencegah pemindahan paksa warga Palestina dari wilayah merek berakibat meluas krisis ke wilayah lain.