Putri Dari Thaksin Shinawatra yang Kontroversi Terpilih Jadi Pemimpin Partai Pheu Thai
- AP Photo
Bangkok – Partai berkuasa di Thailand, pada Jumat, 27 Oktober 2023, memilih putri dari Thaksin Shinawatra, mantan perdana menteri yang kontroversial di negara itu, sebagai pemimpinnya.
Dilansir dari AP, Jumat, 27 Oktober 2023, terpilihnya Paetongtarn Shinawatra menyoroti pengaruh keluarga tersebut yang terus berlanjut selama lebih dari dua dekade setelah Thaksin memasuki dunia politik.
Wanita berumur 37 tahun itu merupakan putri bungsu Thaksin, dan terpilih untuk menduduki jabatan tersebut pada pertemuan para eksekutif dan anggota lainnya di markas besar Partai Pheu Thai di Bangkok.
Sebagai informasi, Pheu Thai adalah partai terbaru dari serangkaian partai yang diyakini didukung oleh Thaksin dan melayani kepentingan politiknya.
Pemimpin partai sebelumnya, Chonlanan Srikaew, mengundurkan diri karena melanggar janji bahwa Pheu Thai tidak akan membentuk pemerintahan dengan partai-partai yang berpihak pada militer.
Pheu Thai juga diketahui menempati posisi kedua dalam pemilu bulan Mei, namun Partai Move Forward yang menang dalam pemilihan itu justru gagal mendapatkan dukungan dari anggota parlemen konservatif untuk membentuk pemerintahan.
Hal ini lantas membuka jalan bagi Pheu Thai untuk mengambil alih kekuasaan dengan bergabung dengan mantan musuh politiknya.
“Kami tidak akan melepaskan DNA asli Pheu Thai, yang mewujudkan kebijakan yang kami janjikan kepada masyarakat. Kami akan mewujudkan impian (masyarakat). Kami akan membuat hal yang mustahil menjadi mungkin. Kami akan menghapus semua hinaan dengan kinerja kami yang tak terbantahkan,” kata Paetongtarn kepada anggota partai setelah pemungutan suara.
Perdana Menteri Srettha Thavisin berasal dari Partai Pheu Thai dan termasuk di antara mereka yang memberi selamat kepada Paetongtarn. Menjelang pemilu, Paetongtarn juga disebut-sebut sebagai calon perdana menteri.
Thaksin, seorang miliarder telekomunikasi, terpilih sebagai perdana menteri pada 2001 dan dengan mudah terpilih kembali pada 2005. Terpilihnya sebagian besar karena kebijakan populis yang menarik pemilih berpenghasilan rendah. Namun, ia digulingkan melalui kudeta militer pada 2006.
Pada 2011, saudara perempuan Thaksin, Yingluck Shinawatra, bibi Paetongtarn – berhasil menduduki jabatan dengan kemenangan mudah dalam pemilu, dan menjadi perdana menteri wanita pertama di Thailand. Namun, pemerintahannya digulingkan melalui kudeta lain pada 2014.
Sisa popularitas ayahnya tetap menjadi faktor di balik dukungan terhadap Paetongtarn, terutama di kalangan masyarakat miskin dan kelas pekerja Thailand.
Namun, Partai Pheu Thai berkinerja buruk dalam pemilu tersebut, dan gagal meraih kemenangan telak seperti yang diprediksikan.