Pengakuan Mengejutkan Sandera Israel yang Dibebaskan Hamas: Mereka Baik & Pegang Teguh Al Quran
- The Guardian
VIVA Dunia – Hamas membebaskan dua sandera lagi pada hari Senin, yang diidentifikasi oleh pejabat Israel sebagai Nurit Cooper dan Yocheved Lifshitz, hanya beberapa hari setelah membebaskan dua wanita Amerika pada hari Jumat.
Cooper dan Lifshitz diculik dari rumah mereka di Kibbutz Nir Oz, sebuah komunitas kecil Israel di dekat perbatasan Gaza yang diserang pada 7 Oktober.
Menurut pesan yang diposting ke saluran Telegram yang berafiliasi dengan Hamas, kedua sandera yang dibebaskan pada hari Senin dibebaskan karena alasan kemanusiaan setelah melalui mediasi oleh Qatar dan Mesir.
Pada konferensi pers hari Selasa, Lifshitz mengatakan bahwa setelah kekerasan awal, para penculiknya dari Hamas telah menunjukkan “kepedulian” dan “kelembutan" kepada mereka, sebuah gambaran langka tentang kemanusiaan dalam konflik biadab yang mungkin berubah menjadi lebih berdarah.
Mengejutkannya, dalam video yang terlihat, setelah dibebaskan, Lifshitz terlihat bersalaman dengan anggota Hamas yang membawanya.
Peristiwa tersebut, dengan deskripsi Lifshitz yang ekstensif dan berulang-ulang mengenai perawatan yang dia dan sandera lainnya terima di markas Hamas, dengan cepat dikritik oleh beberapa profesional humas dan komentator Israel sebagai kesalahan besar Israel dan kemenangan propaganda bagi Hamas.
“Saya mengalami neraka yang tidak pernah kami bayangkan. Mereka (teroris Hamas) awalnya mengamuk di kibbutz,” buka Lifshitz, nyaris berbisik.
Dia mencemooh pagar perbatasan yang dibuat Israel di Gaza yang mahal, yang menurutnya diledakkan oleh Hamas dengan mudah dan “tidak membantu sama sekali” dalam mempertahankan kibbutznya dari gerombolan teroris.
Hamas membebaskan Lifshitz dan Nurit Cooper (79), setelah 17 hari disandera.
Keduanya dibebaskan dari Gaza ke Mesir pada Senin malam, dan kemudian dipindahkan ke IDF, yang membawa mereka ke Ichilov untuk diperiksa, di mana dokter mengatakan mereka dalam keadaan sehat.
Setidaknya 220 orang lainnya, termasuk suami dari kedua wanita tersebut, Amiram Cooper, (84) dan Oded Lifshitz, (83) diyakini masih disandera oleh Hamas.
"Saya awalnya dibawa, dengan kaki saya di satu sisi dan kepala saya di sisi lain dengan sepeda motor," kata Lifshitz kepada wartawan, dan para penculiknya “terbang melintasi ladang” kembali ke Gaza, melansir BBC, Rabu, 25 Oktober 2023.
Dalam perjalanan, perempuan yang berkursi roda itu berkata, dia sempat terpukul dengan tongkat, namun "tidak mematahkan tulang rusuk saya” tetapi “sangat menyakiti saya dan membuat saya sulit bernapas.”
Ketika menculik, Hamas melepaskan jam tangan dan perhiasannya, katanya.
Di Gaza, dia dibawa ke pintu masuk jaringan terowongan, yang dia gambarkan sebagai “jaring laba-laba,” dan harus berjalan melalui terowongan “di tanah basah, yang lembab sepanjang waktu.”
Akhirnya, mereka mencapai aula besar tempat berkumpulnya sekitar 25 sandera lainnya. “Mereka (Hamas) mengatakan kepada kami bahwa mereka percaya pada Al Quran dan mereka tidak akan menyakiti kami, bahwa mereka akan memberi kami kondisi yang sama seperti yang mereka alami di terowongan,” kata Yocheved menggambarkan para Hamas.
Dia dan sekitar empat sandera lainnya dari Kibbutz Nir Oz dibawa dua-tiga jam kemudian pada hari itu ke ruangan terpisah. “Seorang petugas medis dan dokter datang, dan para sandera (diperiksa) dengan dibaringkan di kasur," katanya.
Masing-masing dari lima sandera dalam kelompoknya menerima dokter mereka sendiri dan ada paramedis yang mengawasi pengobatan, katanya. “Mereka sangat murah hati kepada kami, sangat baik hati. Mereka membuat kami tetap bersih,” kata Lifshitz.
“Mereka mengurus setiap detailnya. Ada banyak perempuan dan mereka tahu tentang kebersihan kewanitaan dan mereka mengurus semuanya di sana.”
Dokter kembali setiap beberapa hari, dan petugas medis mengatur dan memberi mereka obat-obatan. “Perawatan mereka terhadap kami baik,” tambah Lifshitz, menggambarkan bagaimana petugas medis Hamas merawat sandera lain yang terluka.
Dia mengatakan para penculiknya pun memastikan kondisinya bersih. “Mereka yang membersihkan toilet, bukan kami,” katanya. “Mereka takut tertular.”
Ditanya tentang percakapan dengan para penculik, dia mengatakan “mereka mencoba” untuk berbicara; “Kami bilang kepada mereka, tidak ada politik. Kami tidak menjawab mereka tentang politik,"
"Mereka membicarakan berbagai macam hal. Mereka sangat ramah kepada kami. Mereka mengurus semua kebutuhan kami; ini harus dikatakan sebagai penghargaan untuk mereka. Kami makan apa yang mereka makan,” katanya, menggambarkan satu kali makan sehari berupa pita, keju, dan mentimun.
Dia mengatakan kurangnya pengetahuan IDF (pasukan militer Israel) dan Shin Bet tentang apa yang direncanakan Hamas sangat merugikan mereka. "Kami adalah kambing hitam bagi kepemimpinan (Israel). Tanda-tandanya sudah ada sebelum serangan gencar terjadi, termasuk balon yang diterbangkan melintasi perbatasan untuk membakar ladang kibbutz. Dan IDF, entah kenapa, tidak menganggapnya serius.”
"Dan tiba-tiba pada pagi Sabat, ketika semuanya tenang, terjadi penembakan yang sangat hebat terhadap masyarakat, dan bersamaan dengan penembakan tersebut, massa menyerbu masuk, menerobos pagar perbatasan, membuka gerbang kibbutz dan mendobrak masuk secara massal. Mereka memukuli orang, beberapa mereka culik, seperti saya. Mereka menculik orang tua dan muda. Itu sangat tidak menyenangkan, sangat sulit. Ingatanku terus memutar ulang gambar-gambar itu," cerita Lifshitz pada pelanggaran penghalang keamanan Israel di perbatasan Gaza.
Dia mengatakan para penculiknya jelas telah mempersiapkan diri sejak lama untuk menyandera, dan bahkan menyediakan sampo dan kondisioner untuk mereka.
Ketika ditanya mengapa dia berjabat tangan, tampaknya dengan salah satu penculiknya, ketika dia dipindahkan ke ambulans Palang Merah, dia mengulangi lagi bahwa para sandera diperlakukan dengan “sensitif".
Putrinya, Sharone Luton, yang berbicara setelah Yocheved, berkata sangat menyenangkan melihat ibunya kembali, dan menyebutnya sebagai “seberkas cahaya.”
“Ibuku sangat berharap semua orang yang bersamanya bisa kembali,” tambah Luton. “Hati kami tertuju pada lebih dari 200 sandera yang masih ada di sana. Hati kami bersama ayah saya dan semua tawanan yang masih di sana.”
Dia mengatakan dia senang mendengar ibunya diperlakukan dengan baik oleh Hamas, namun menekankan bahwa dia “tidak tahu” bagaimana sandera lain diperlakukan karena ibunya hanya melihat sekitar 25 orang yang disandera.
Suami Lifshitz masih ditahan oleh Hamas, dan Luton mengatakan keluarganya masih belum memiliki informasi mengenai nasib yang lainnya.
Kritik yang meluas muncul setelah konferensi pers Lifshitz, yang memuji para penculik Hamas dan kritik terhadap Israel.
Lembaga penyiaran publik Kan melaporkan para pakar humas Israel menyebut keputusan untuk menampilkan Lifshitz di depan kamera adalah sebuah “kesalahan.”
Laporan tersebut mencatat bahwa media internasional kini melaporkan kebaikan Hamas dalam memenuhi kebutuhan sandera.
Di Israel Hayom, kolumnis Eddie Rothstein menyebut wawancara tersebut sebagai “kemenangan propaganda Hamas.” “Sungguh seorang wanita yang berani dan tercerahkan, wanita yang kami pikir tidak lagi mereka hasilkan di Israel, dan betapa canggungnya penanganan peristiwa tersebut,” tulisnya.