Dari Kim Jong Un hingga Jacinda Ardern, Ini Pemimpin Dunia Usia Muda di Bawah 40 Tahun Saat Menjabat
- laprensalatina.com
VIVA Dunia – Dalam era globalisasi ini, pemimpin muda semakin “digandrungi". Dengan berbagai pemimpin muda lainnya yang muncul di berbagai bidang, peran generasi muda dalam perubahan dunia semakin diperkuat.
Apalagi, di Indonesia, baru-baru ini kabar usia pemimpin kerap diperhatikan, setelah MK membuat putusan mengenai batasan usia Calon Wakil Presiden RI.
MK merespons permohonan uji materiel Pasal 169 huruf q Undang-Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang mengatur batas usia minimal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Melalui putusan tersebut, MK membuat syarat pendaftaran sebagai capres-cawapres dapat dipenuhi apabila yang bersangkutan pernah dan sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum termasuk pemilihan kepala daerah. Meskipun sosok tersebut masih belum mencapai batas usia paling rendah yakni 40 tahun.
Nah, mengenai pemimpin dunia usia muda, banyak pemimpin-pemimpin negara yang ternyata berusia di bawah 40 tahun saat menjabat. Siapa saja mereka?
Kim Jong Un dari Korea Utara (33 Tahun)
Pemimpin tertinggi Korea Utara telah dipersiapkan untuk mendapatkan kekuasaan hampir sepanjang hidupnya, dan Kim Jong Un, sebagai putera presiden sebelumnya, mengambil kendali kerajaan tertutup tersebut pada tahun 2011.
Sebagai seorang penggemar berat bola basket dan dididik di sebuah sekolah swasta di Swiss, Kim memiliki kehidupan yang tidak seperti pemimpin dunia lainnya. Ambisi nuklir dan retorikanya yang suka berperang juga membuat ia mendapat tempat di panggung dunia yang jauh melebihi kekuatan negaranya.
Ada beberapa perdebatan mengenai usianya. Seperti yang dilaporkan Ellen Cranley dari Insider sebelumnya, tahun 1982 adalah tahun kelahiran resminya, yang berarti kini dia berusia 41 tahun, tetapi tahun itu mungkin telah diubah dari tahun berikutnya karena alasan simbolis.
Ketika Departemen Keuangan AS memberikan sanksi kepadanya pada tahun 2016 karena "pelanggaran hak asasi manusia yang terkenal", tanggal lahir resminya tercatat pada 8 Januari 1984, sehingga hari ini ia berusia 39 tahun.
Maka dari itu, Kim Jong Un dipercaya mengambil alih jabatan presiden di Korea Utara ketika berusia 33 tahun.
Tamin bin Hamad Al Thani dari Qatar (33 Tahun)
Emir Qatar saat ini, Tamim bin Hamad Al Thani, mulai berkuasa pada tahun 2013 ketika ia baru berusia 33 tahun.
Sebelum menjadi emir, ia lulus dari Royal Military Academy of Sandhurst di Inggris dan kemudian bergabung dengan Angkatan Bersenjata Qatar.
Jacinda Ardern dari Selandia Baru (37 Tahun)
Ardern, pemimpin Partai Buruh Selandia Baru, menjadi perdana menteri pada Oktober 2017 setelah pemilu yang berlangsung sengit.
Karir politiknya meningkat pesat di Selandia Baru, menduduki jabatan tertinggi di negara itu kurang dari setahun setelah memasuki parlemen. Ia menjadi Perdana Menteri di usia 37 tahun.
Ardern terpilih sebagai anggota parlemen untuk Mount Albert, pinggiran kota Auckland, pada pemilihan sela pada bulan Februari 2017. Dia terpilih sebagai pemimpin Partai Buruh pada bulan Agustus, dan dia mengikuti kampanye pemilihan umum tidak lama setelahnya.
Sejak mengambil alih sebagai pemimpin, dia telah vokal menentang seksisme dan rasisme, dengan cepat melarang senjata semi otomatis dan senapan serbu gaya militer setelah penembakan di Christchurch, dan menyambut seorang putri.
Pada 19 Januari 2023, Ardern mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri dari posisinya, dengan mengatakan bahwa dia "tidak lagi memiliki cukup kemampuan" untuk peran tersebut. Dia pun mengumumkan bahwa mengundurkan diri pada 7 Februari. Berbicara kepada orang banyak, dia berkata, "(Politisi) memberikan semua yang kita bisa selama kita bisa, dan inilah waktunya. Dan bagi saya, inilah waktunya."
Jigme Khesar Namgyel Wangchuck dari Bhutan (26 Tahun)
Khesar adalah "Raja Naga" keempat Bhutan, negara Himalaya yang berbatasan dengan India dan Tiongkok.
Dia mengambil alih kekuasaan pada usia 26 tahun ketika ayahnya, Jigme Singye Wangchuck, turun tahta.
Menurut BBC, ia sempat menimba ilmu di Amerika Serikat dan kuliah di Magdalen College di Oxford, Inggris, sebelum kembali ke Bhutan untuk mengklaim tahtanya. Dia mengatakan salah satu tujuan pemerintahannya adalah untuk memperkuat demokrasi di negaranya.
Leo Varadkar dari Irlandia (38 Tahun)
Sebelum menjadi Taoiseach termuda dan gay pertama di Irlandia, Leo Varadkar sempat menjabat sebagai Menteri Transportasi, Pariwisata, dan Olahraga; Menteri Kesehatan; dan Menteri Perlindungan Sosial.
Menurut Kampanye Hak Asasi Manusia, Varadkar adalah kepala pemerintahan keempat yang mengaku gay dalam sejarah dunia. Selain itu, ia juga merupakan perdana menteri pertama Irlandia keturunan Asia Selatan.
Meskipun Varadkar lahir dan besar di Dublin, ayahnya berasal dari Mumbai. Seorang dokter medis berlisensi, Varadkar menghabiskan waktu di Mumbai selama magang medisnya.
Nayib Bukele dari El Savador (38 Tahun)
Nayib Bukele, mantan pengusaha dan walikota San Salvador, dengan mudah memenangkan pemilu El Salvador pada Februari 2019 dan dilantik sebagai presiden pada bulan Juni.
Kemenangan partai GANA (Aliansi Besar untuk Persatuan Nasional) yang dipimpinnya mengakhiri dominasi partai FMLN dan ARENA. Bukele, yang memiliki 4,6 juta pengikut Twitter, adalah pengguna media sosial yang rajin memecat pejabat melalui tweet setelah memangku jabatannya.
Serdar Berdimuhamedow dari Turkmenistan (41 Tahun)
Sebelum menjadi presiden Turkmenistan, Serdar Berdimuhamedow memegang berbagai posisi di pemerintahan Turkmenistan, yang dipimpin oleh ayahnya, Gurbanguly Berdimuhamedow.
Dia menjabat sebagai wakil ayahnya sebelum mengambil peran presiden. Media lokal Turkmenistan sering menyebut dia sebagai "putra bangsa". Berdimuhamedow telah dikritik karena membatasi akses internet dan memberlakukan berbagai pembatasan terhadap perempuan di Turkmenistan.
Irakli Garibashvili dari Georgia (40 Tahun)
Irakli Garibashvili telah menjadi perdana menteri Georgia sejak Februari 2021. Sebelum mengambil peran ini, Garibashvili adalah Menteri Pertahanan Georgia.
Garibashvili memulai program yang disebut "Inisiatif Lingkungan Damai", yang berfokus pada pembangunan ekonomi di wilayah Kaukus Selatan, yang meliputi Georgia, Armenia, dan Azerbaijan.