11 Jurnalis Palestina Tewas, 20 Lainnya Luka-luka di Gaza Sejak Perang Meletus
- AP Photo/Fatima Shbair, File
Gaza – Sebelas jurnalis telah terbunuh di Jalur Gaza, dengan lebih dari 20 orang terluka dan dua orang hilang sejak dimulainya serangan udara Israel baru-baru ini, sebuah kelompok jurnalis Palestina mengatakan dalam sebuah laporan baru Anadolu Agency.
Dilansir dari Middle East Monitor, Selasa, 17 Oktober 2023, laporan yang dirilis pada hari Minggu lalu oleh Komite Kebebasan, yang berafiliasi dengan Sindikat Jurnalis Palestina menyebut bahwa 11 wartawan Palestina telah dikonfirmasi sebagai korban tewas akibat serangan udara Israel yang dimulai sejak 7 Oktober lalu.
Sebuah pernyataan dari kelompok tersebut memberikan "dokumen penargetan jurnalis" sejak awal perang di Jalur Gaza hingga malam hari tanggal 15 Oktober. Pernyataan itu juga mengecam "eskalasi kekerasan dalam penargetan jurnalis Palestina".
Lebih dari 20 korban luka-luka juga tercatat, yang paling serius terjadi di Jalur Gaza. Menyusul pengumuman penembakan total atau sebagian dari sekitar 20 rumah milik wartawan, tentara Israel meningkatkan serangan dengan menargetkan tempat tinggal beberapa wartawan secara langsung, kata laporan itu. Hal ini menyebabkan sejumlah wartawan terluka dan kehilangan anggota keluarga secara tragis.
Selain itu, sekitar 50 markas dan institusi media hancur akibat penembakan, termasuk Al-Aqsa Media Network, Kantor Berita Ma'an, surat kabar Al-Quds, Radio Baladna, Radio Al-Quran, kantor Al-Jazeera Network, TV Palestina dan kantor AFP, menurut laporan tersebut.
Di Tepi Barat yang diduduki, laporan tersebut juga mendokumentasikan beberapa wartawan Palestina yang terluka dan penyerangan, penahanan, pemblokiran peliputan, penembakan terhadap wartawan, serta penyitaan dan penghancuran peralatan wartawan oleh pasukan Israel.
Laporan tersebut juga mengecam campur tangan terhadap siaran media. Laporan itu mengatakan:
“Al-Aqsa Channel menghentikan transmisi melalui satelit Eutelsat sebagai tanggapan atas tekanan penjajah Zionis.”
Laporan tersebut juga mencatat "ancaman langsung terhadap banyak jurnalis dan kampanye penghasutan oleh laman-laman Israel di platform media sosial" dan "banyak unggahan Israel yang menyerukan pemusnahan jurnalis dan menggambarkan mereka sebagai penyabotase dan teroris."