Krisis Biaya Hidup di Inggris Picu Kematian Dini Warganya
London – Krisis biaya hidup yang dipicu oleh inflasi di Inggris akan memperpendek umur dan secara signifikan memperlebar kesenjangan kekayaan dan kesehatan. Hal itu disampaikan oleh jurnal akses terbuka BMJ Public Health, pada Senin, 25 September 2023.
Pemodelan yang dilakukan dalam penelitian ini memperkirakan bahwa proporsi orang yang meninggal sebelum waktunya (di bawah usia 75 tahun) akan meningkat hampir 6,5 persen karena tingginya harga-harga yang terus berlanjut.
Rumah tangga yang paling miskin akan mengalami empat kali lebih banyak kematian dibandingkan rumah tangga terkaya, dan rumah tangga termiskin harus menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk energi, yang biayanya pun melonjak.
Para peneliti mempelajari dampak inflasi terhadap tingkat kematian di Skotlandia pada tahun 2022-2023, dengan dan tanpa tindakan mitigasi seperti dukungan pemerintah untuk membantu memotong tagihan rumah tangga.
Data itu dikumpulkan kemudian digunakan untuk memodelkan berbagai potensi hasil masa depan mengenai harapan hidup dan kesenjangan di Inggris secara keseluruhan jika kebijakan mitigasi yang berbeda diterapkan.
Tanpa mitigasi apa pun, model ini menemukan bahwa inflasi dapat meningkatkan angka kematian sebesar 5 persen di wilayah yang paling sedikit terkena dampak, dan sebesar 23 persen di wilayah yang paling terpinggirkan.
Namun, jika Mitigasi diterapkan, angka itu dapat turun menjadi 2 persen dan 8 persen, dengan tingkat keseluruhan sekitar 6,5 persen.
Angka harapan hidup secara keseluruhan juga akan turun pada setiap kasus.
"Analisis kami berkontribusi pada bukti bahwa perekonomian penting bagi kesehatan masyarakat,” kata para peneliti, dikutip dari The Sundaily, Selasa, 26 September 2023
“Dampak kematian akibat inflasi dan penurunan pendapatan riil kemungkinan akan besar dan negatif, dengan adanya kesenjangan yang mencolok dalam hal ini. Respon kebijakan publik yang diterapkan tidak cukup untuk melindungi kesehatan dan mencegah melebarnya kesenjangan,” tambahnya.
Inflasi Inggris secara tak terduga melambat pada bulan Agustus menjadi 6,7 persen dari angka tertinggi di 11,1 persen.
Meski demikian, inflasi di negara itu tetap menjadi yang tertinggi di antara negara-negara G7, yang dipicu oleh lockdown akibat virus corona, Brexit, dan perang di Ukraina.