Masalah Baru Pasca Gempa Maroko: Kawin Paksa Terhadap Gadis-Gadis Muda
- Wall Street Journal
VIVA Dunia – Maroko pasca dilanda gempa besar pada dua pekan lalu, kini tengah menghadapi masalah baru.
Banyaknya pesan yang diposting online oleh sejumlah pria yang mempromosikan pernikahan anak perempuan di bawah umur dan bentuk eksploitasi lainnya setelah gempa bumi dahsyat di Maroko, membuat para aktivis dan organisasi hak-hak perempuan semakin was-was.
Di tengah reruntuhan gempa berkekuatan 6,8 skala Richter yang melanda Pegunungan Atlas di Maroko pada tanggal 8 September 2023 lalu, seorang pria dewasa yang konon merupakan sukarelawan yang membantu para penyintas, sempat berpose di samping seorang gadis muda berusia sekitar 10 tahun.
Setidaknya satu pria ditangkap dari kota Errachidia di Maroko minggu ini karena mempromosikan pernikahan gadis di bawah umur dan bentuk eksploitasi lainnya setelah gempa bumi dahsyat di negara tersebut, seperti dilansir Al Jazeera.
“Dia tidak mau ikut denganku ke (Casablanca), tapi dia berbisik bahwa kalau dia besar nanti kita akan menikah,” tulis pria itu dalam caption Instagram story-nya dengan foto dirinya dan gadis muda itu.
Yasmina Benslimane, seorang aktivis Maroko dan pendiri Politics4Her, mengatakan bahwa banyak pria menganjurkan untuk menikahi gadis-gadis ini meskipun mereka masih di bawah umur.
Benslimane bersama dengan aktivis hak-hak perempuan Maroko lainnya mendesak adanya respons bantuan yang peduli gender terhadap daerah yang terkena dampak setelah mereka diberitahu tentang kampanye yang mendesak laki-laki Maroko untuk melakukan perjalanan ke desa-desa terpencil untuk meminang paksa gadis-gadis muda.
Mereka kini telah menerbitkan sebuah manifesto yang menyerukan tanggapan seperti itu. “(Mereka) telah menganjurkan untuk datang dan menikahi gadis-gadis ini, beberapa di antaranya mencari pembenaran melalui penafsiran agama mereka… Jika mereka masih di bawah umur, kami akan menyelamatkan mereka,” ujar Yasmina Benslimane, melansir Al Jazeera.
Hal tersebut membuat Benslimane dan organisasinya mendesak adanya respons bantuan yang peka gender terhadap gempa bumi. Mereka kini telah menerbitkan sebuah manifesto yang menyerukan tanggapan seperti itu.
“Kami tahu bahwa hal seperti itu akan terjadi, akan ada risiko kekerasan berbasis gender, akan ada risiko eksploitasi, dan inilah yang terjadi dengan kasus-kasus mengkhawatirkan yang kita lihat secara online,” kata Benslimane.
“Sangatlah penting untuk memiliki pendekatan yang peka gender dalam bantuan bencana,” tambahnya. “Menurut Program Pembangunan PBB, perempuan dan anak perempuan 14 kali lebih mungkin meninggal saat bencana dibandingkan laki-laki.”
Seiring dengan berlanjutnya operasi pemulihan, Maroko menaruh perhatian pada risiko-risiko khusus yang dihadapi oleh kelompok masyarakat yang lebih rentan. Pekan lalu, Raja Mohammed VI menganugerahkan status “Ward of the Nation” kepada anak-anak yatim piatu akibat gempa, untuk “melindungi mereka dari segala jenis bahaya”, termasuk diperdagangkan.