Fakta-fakta Banjir Libya, 3.166 Tewas, 10 Ribu Orang Dinyatakan Hilang
- Al Jazeera
VIVA Dunia – Banjir besar yang disebabkan oleh Badai Daniel telah menimbulkan dampak sangat buruk di Libya timur, meninggalkan jejak kehancuran yang sulit diperbaiki di tengah ketidakstabilan politik negara tersebut.
Berikut fakta-faktanya:
Apa yang terjadi?
Kejadian tersebut berawal dari “ledakan” pada Senin 11 September 2023, pukul 03.00 saat warga di Derna, Libya sedang tidur. Hujan deras yang dibawa oleh Badai Daniel dengan cepat menyebabkan banjir besar di beberapa wilayah di Libya timur, yang melanda kota Benghazi, Susa, Bayda dan al-Marj, namun kota pelabuhan Derna lah yang menanggung beban paling berat.
Kota ini dikelilingi oleh pegunungan, sehingga banjir bandang dengan cepat mengambil alih, dan permukaan air naik setinggi 3 meter.
Rekaman dan gambar yang muncul menunjukkan kerusakan dalam skala besar, dengan seluruh lingkungan, terutama yang terletak di sepanjang Sungai Derna yang mengalir dari pegunungan melalui kota, hancur. Gedung apartemen bertingkat yang dahulu berdiri terpisah dari jalur sungai juga rusak parah dan sebagian ambruk tertimbun lumpur. Ada gambar yang menunjukkan mobil tersapu arus berlumpur.
Berapa jumlah orang yang tewas?
Perkiraan jumlah nyawa yang hilang sangat bervariasi. Melansir laporan Al Jazeera, Senin, 18 September 2023, jumlah korban tewas resmi terbaru, dari menteri kesehatan pemerintahan yang berbasis di wilayah timur, Othman Abdeljalil, adalah 3.166 orang tewas.
Namun menurut laporan PBB yang dirilis pada hari Minggu, jumlah korban jiwa dari Derna saja telah meningkat menjadi 11.300 orang.
Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah juga mengatakan jumlah orang hilang mendekati 10.000 orang. Bulan Sabit Merah Libya mengatakan telah mencatat 2.084 kematian.
Sebagian besar wilayah Derna masih terputus karena akses jalan raya belum terjamin, dan internet serta listrik di kota tersebut padam. Dengan demikian, jumlah korban tewas, hilang dan terlantar diperkirakan akan meningkat.
Kota Derna di Libya timur, yang menjadi pusat bencana, berpenduduk sekitar 100.000 jiwa sebelum tragedi tersebut terjadi.
Kuburan massal penuh
Petugas penyelamat menguburkan ribuan korban banjir di Libya timur di kuburan massal ketika mereka berjuang untuk membantu para korban yang bergelimpangan di jalanan.
Kemarahan meningkat di kalangan warga Libya, banyak di antara mereka mengungkapkan kemarahannya di media sosial setelah para ahli mengatakan bahwa upaya evakuasi yang tidak memadai menjelang badai dan kegagalan dalam mempertahankan bendungan penting telah menyebabkan tingginya angka kematian.
Para pejabat memperkirakan jumlah korban tewas akan terus meningkat ketika mereka berjuang untuk menemukan jenazah di kota pesisir tersebut, di mana runtuhnya dua bendungan memperburuk banjir yang disebabkan oleh badai yang melanda wilayah Mediterania timur.
“Mereka (para korban) dimakamkan di tiga kuburan massal. Tidak ada waktu atau ruang untuk menguburkan mereka dalam satu kuburan,” kata Osama Ali, juru bicara Pusat Ambulans dan Darurat di Libya. “Kami memindahkan 500 jenazah dalam satu kali operasi.”
Ali mengatakan jumlah korban tewas yang dikonfirmasi telah meningkat menjadi 5.500 dan bisa bertambah, seraya menambahkan bahwa wilayah Derna berukuran 10 km kali 10 km telah “hancur total”.
Lebih dari 1.000 jenazah berhasil dikumpulkan, termasuk setidaknya 700 jenazah yang telah dikuburkan sejauh ini, kata Menteri Kesehatan Libya Timur. Otoritas ambulans Derna menyebutkan jumlah korban yang mereka bawa saat ini mencapai 2.300 orang.
Rekaman menunjukkan puluhan jenazah ditutupi selimut di halaman salah satu rumah sakit. Gambar lain menunjukkan kuburan massal yang dipenuhi mayat. Lebih dari 1.500 jenazah dikumpulkan, dan setengah dari mereka telah dikuburkan pada Selasa malam, kata menteri kesehatan Libya timur.
Mengapa Libya sangat hancur?
Meskipun ribuan orang tewas dan masih banyak lagi yang hilang, timbul pertanyaan mengapa badai yang juga melanda Yunani, Turki dan Bulgaria, dengan banjir besar yang menewaskan lebih dari 20 orang ini, menyebabkan lebih banyak kehancuran di Libya.
Para ahli mengatakan bahwa selain badai dahsyat itu sendiri, bencana yang terjadi di Libya juga diperburuk oleh berbagai faktor yang mematikan, termasuk penuaan, infrastruktur yang rusak, peringatan yang tidak memadai, dan dampak krisis iklim yang semakin cepat.
Derna rentan terhadap banjir, dan waduk bendungannya telah menyebabkan setidaknya lima banjir mematikan sejak tahun 1942, yang terakhir terjadi pada tahun 2011, menurut sebuah makalah penelitian yang diterbitkan oleh Universitas Sebha Libya tahun lalu.
Kedua bendungan yang jebol pada hari Senin itu dibangun sekitar setengah abad yang lalu, antara tahun 1973 dan 1977, oleh sebuah perusahaan konstruksi Yugoslavia. Bendungan Derna setinggi 75 meter dengan kapasitas penyimpanan 18 juta meter kubik (4,76 miliar galon). Bendungan kedua, Mansour, tingginya 45 meter dengan kapasitas 1,5 juta meter kubik (396 juta galon).
Bendungan tersebut belum menjalani pemeliharaan sejak tahun 2002, kata wakil walikota Ahmed Madroud kepada Al Jazeera.
Namun masalah bendungan sudah diketahui. Makalah Universitas Sebha memperingatkan bahwa bendungan di Derna memiliki “potensi risiko banjir yang tinggi” dan pemeliharaan berkala diperlukan untuk menghindari banjir yang “bencana”.