Viral Paspampres Semprot Kursi Kim Jong Un Saat Ingin Duduk di Rusia
- DW
Moskow – Paspampres atau pengawal keamanan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un belum lama ini tampak menyemprotkan cairan pada kursi yang akan diduduki pemimpin Pyongyang itu dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini. Kenapa?
Dilansir dari Daily Mail, Jumat, 15 September 2023, rekaman video yang dipublikasikan oleh surat kabar Rusia, Kommersant, pada Kamis kemarin, menunjukkan seorang pengawal keamanan Korut yang mengenakan sarung tangan warna putih dengan hati-hati menyeka kursi warna hitam yang akan diduduki Kim Jong Un.
Pengawal keamanan itu juga menyemprotkan zat tak teridentifikasi, yang diduga disinfektan, ke sekeliling kursi tersebut. Momen itu berlangsung selama beberapa menit sebelum pertemuan Kim Jong Un dan Putin digelar.
Laporan Kommersant menyebutkan bahwa pengawalan keamanan Korut itu menyemprot dan menyeka bagian bantalan kursi, pegangan tangan dan kaki kursi, bahkan area di sekitar kursi dengan disaksikan oleh pengawal keamanan Kremlin yang tampak sedikit bingung dengan pemandangan itu.
Seorang pengawal keamanan Korut lainnya kemudian memberikan semacam perintah kepada pengawal yang sedang menyeka kursi Kim Jong Un untuk melakukan disinfeksi. Sifat perintahnya tidak diketahui secara jelas.
"Kursi tersebut ternyata menjadi perhatian terbesar pihak Korea Utara," tulis koresponden surat kabar Kommersant, Andrei Kolesnikov.
Rupanya, menurut laporan Kommersant, para pengawal keamanan Kim Jong Un -- yang jumlahnya mencapai 100 orang lebih -- tidak senang dengan kursi pertama dan kursi berikutnya yang disediakan oleh pihak Rusia. Disebutkan Kommersant bahwa bentuk kedua kursi itu tetap sama.
Kemudian seorang staf Korea Utara menyeka kursi yang diperuntukkan bagi Kim Jong Un selama beberapa menit tanpa henti, dengan mengenakan sarung tangan putih: dinilai dari baunya, dia melakukan disinfeksi," sebut Kommersant, salah satu surat paling terkemuka di Rusia, dalam kabar laporannya.
"Pada akhirnya, ini adalah masalah hidup dan mati bagi mereka, tetapi bukan bagi pemimpin mereka," imbuh laporan Kommersant.